JuaraNews, Bandung - Kota Mulia merupakan kota utama di wilayah pegunungan Jayawijaya terletak di ketinggian 2.448 meter di atas permukaan laut yang merupakan jantung Papua. Baik karena letak geografisnya terutama kota ini jadi pintu masuk terpenting segala aktivitas di wilayah pegunungan Jayawijaya.

Kota Mulia meskipun kecil di banding dengan kota-kota lainnya, tetapi Kota Mulia bisa memberi gambaran hal ihwal kehidupan di tanah Papua. Kota Mulia adalah tanah bagi beraneka kepentingan dan keberagaman, termasuk juga dari banyaknya suku asli Papua yang tinggal di wilayah ini. Kondisi lingkungan yang bergunung-gunung serta beratnya akses ke dunia luar membuat masyarakat Papua di pegunungan Puncak Jaya masih sangat lekat dengan pola hidup berburu dan meramu.

Uniknya masyarakat di wilayah ini menganut pembagian kerja di antara kaum perempuan dan laki-laki, karena disana masih mengandalkan sistem pertanian berladang yang menjadi sumber penghidupan mereka, dengan peralatan seadanya seperti linggis dan tongkat kayu mereka bekerja mengolah tanah, di tanah kering dan berbatu.

Kaum laki-laki di awal musim mulai bekerja membuka lahan sebagai persiapan pertama sebelum bertanam, setelah itu kaum perempuan yang akan bekerja mulai dari menanam, merawat tanaman, memanen dan sampai mengolahnya menjadi bahan pangan untuk seluruh anggota keluarga. Kaum perempuan dalam budaya suku asli Papua pada umumnya memiliki peran besar untuk urusan pertanian serta soal-soal pelik lainnya.

Masyarakat Papua mempunyai tempat tinggal asli yang khas yang diberi nama “HONAI” secara umum Honai terdiri atas beberapa jenis, mulai dari Honai untuk kaum perempuan dan anak-anak, Honai untuk para kaum laki-laki dan Honai untuk pasangan yang baru menikah.

Meski kelihatan sederhana desain Honai memberi manfaat yang maksimal bagi penghuninya, menjadi tempat berlindung dari cuaca dingin, menghindari bahaya binatang buas, memberi kehangatan fisik dan psikologis, sekaligus ruang berbagi diantara seluruh keluarga Kota Mulia Jayawijaya. (*)

Rdsp