free hit counter code Pengamat: PHK Berkontibusi Naikkan Angka Kemiskinan di Jabar   - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter

Hot News


Jabar Juara


Opini


  • RPJPD JABAR 2025-2045
    RPJPD JABAR 2025-2045

    RENCANA Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang.

    Pengamat: PHK Berkontibusi Naikkan Angka Kemiskinan di Jabar   
    (rian nugraha) Acuviarta Kartabi

    Pengamat: PHK Berkontibusi Naikkan Angka Kemiskinan di Jabar  

    JuaraNews, Bandung - Pengamat ekonomi Universitas Pasundan, (Unpas), Acuviarta Kartabi. mengatakan pertumbuhan ekonomi yang lambat memiliki kontribusi terhadap penggunaan tenaga kerja yang berkolerasi terhadap kemiskinan. Selain itu, faktor lain meningkatnya angka kemiskinan akibat para pekerja yang kena PHK dan dirumahkan.

     

    Dia menjelaskan, angka kemiskinan diperparah dengan tidak seimbangnya antara harga bahan pokok dan pendapatan masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan dalam pertumbuhan ekonomi.

     

    "Nah, itu juga banyak kontibusi, meskipun mestinya dari sisi harga-harga yang berkontribusi dalam kemiskinan ini dua hal, pertama pendapatan harus bisa menyaingi harga-harga. Oleh karena itu kalau kita lihat harga-harga sebenarnya relatif agak stabil," kata Acuviarta saat dihubungi, Senin (20/7/2020).

     

    Menurut dia, hal tersebut terjadi segi pendapatan maupun nominal pada kelompok masyarakat yang sebelumnya dekat dengan garis kemiskinan menjadi betul-betul miskin. Sedangkan, jika diakurkan dengan data kemiskinan September 2017 hongga Maret 2020 sudah ada kenaikan angka kemiskinan sekitar 554.000.

     

    Lebih lanjut, Acuviarta menjelaskan, jika disangkutpautkan dengan pemasalahan covid-19, pemerintah baru bereaksi disisi ekonomi dan mulai melakukan PSBB itu di awal Maret. Jika, ungkap dia, data 554.000 itu masuk ke dalam bulan maret artinya ada kontribusi jumlah penduduk miskin dari bulan April, Mei, Juni dengan intensitas ekonomi turun drastis.

     

    "Hal semacam itu yang perlu kita perhatikan. Kalau ditanya apa penyebabnya. Saya kira memang di sisi pertumbuhan ekonomi kalau kita bicara makro memangkan terus mengalami penganjlokkan yang sebelumnya 2018 kita masih bisa tumbih di 5,6-5,7 persen pada 2019 kita hanya mampu 5,07 persen pertumbuhan ekonomi," ungkapnya.

     

    "Dan di triwulan satu dan sampai dengan akhir maret,  januari hingga akhir maret kita kita hanya mampu di 2,2 persen anjlok, nah itu ada korelasi," katanya. (*)

    Oleh: ridwan / ayi

    0 Komentar

    Tinggalkan Komentar


    Cancel reply

    0 Komentar


    Tidak ada komentar

    Berita Lainnya


    Bey Machmudin: Hati-hati, Marak Investasi Bodong
    UPI Siap Jadi Agen Penggerak Pengelolaan Sampah
    Rutilahu Diharapkan Bisa Dikelola oleh Masyarakat
    Buruh Sosialisasikan Putusan MK soal UU Cipataker
    LPI Gelar Diskusi soal Politik Identitas

    Editorial



      sponsored links