blog counter

Hot News


Opini


  • Apa Kabar Menpora?
    Apa Kabar Menpora?

    NYARIS ironi. Zainudin Amali menyatakan mundur dari kursi menpora secara informal. Kabar running text di saluran TV hari ini.

    Bank Dunia Perbarui Indikator Garis Kemiskinan, 13 Juta Jiwa Warga Indonesia Jatuh Miskin

    • Jumat, 30 September 2022 | 09:32:00 WIB
    • 0 Komentar


    Bank Dunia Perbarui Indikator Garis Kemiskinan, 13 Juta Jiwa Warga Indonesia Jatuh Miskin
    Harga yang relatif lebih tinggi menyiratkan penurunan daya beli sehingga menghasilkan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi (Foto: pixabay)

    Jakarta, Juaranews – Sebanyak 13 Juta jiwa masrakat Indonesia jatuh miskin. Angka itu didapatkan setelah Bank Dunia (World Bank) mengubah ketentuan mengenai perhitungan paritas daya beli atau Purchasing Power Parities (PPP).

    Untuk memantau tingkat kemiskinan internasional, World Bank telah mengubah dasar perhitungannya. Saat ini, berdasarkan laporan World Bank bertajuk 'East Asia and The Pacific Economic Update October 2022: Reforms for Recovery', lembaga keuangan dunia itu menerapkan Purchasing Power Parities (PPP) 2017. Sebelumnya, untuk memantau tingkat kemiskinan dunia ini, World Bank mendasarkan perhitungannya pada PPP 2011.

    Pada PPP 2011, garis kemiskinan ekstrem ditetapkan pada level US$ 1,90 atau Rp 28,946,50 per orang per hari dengan asumsi kurs Rp 15.253,00. Sedangkan pada PPP 2017, angka itu ditetapkan pada US$ 2,15 atau Rp 32.755 per orang per hari.

    Sementara itu, batas golongan masyarakat kelas berpenghasilan menengah ke bawah (lower middle income class) naik dari US$ 3,20 menjadi US$ 3,65 per orang per hari. Batas penghasilan kelas menengah ke atas (upper middle income class) pun naik dari US$ 5,50 menjadi US$ 6,85 per orang per hari.

    Menurut Bank Dunia, perubahan indikator garis kemiskinan untuk menentukan kelas menengah diambil dengan menggunakan median dari garis kemiskinan negara berpenghasilan menengah ke bawah dan menengah ke atas. Faktor penting dari perubahan indikator yang ditetapkan World Bank ini didasarkan pada perubahan tingkat harga di negara yang bersangkutan terutama Amerika Serikat (AS).

    "Harga yang relatif lebih tinggi menyiratkan penurunan daya beli sehingga menghasilkan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi," catat Bank Dunia.

    Disigi dari penghasilan atau income, perubahan dasar penghitungan penghasilan masyarakat yang ditetapkan World Bank itu terang saja mengubah struktur kelas masyarakat dunia termasuk Indonesia. Setidaknya, tercatat sebanyak 33 juta orang kelas menengah-bawah di Asia turun kelas menjadi miskin. Angka penurunan kelas terbanyak, didominasi oleh Indonesia dan China.

    Dari 33 Juta masyarakat Asia yang mengalami penurunan kelas itu, sebanyak 13 Juta jiwa kelas menengah-bawah Indonesia mesti turun kelas. Kini mereka harus rela berstatus miskin. Sementara di Cina, setidaknya tercatat sekitar 18 juta orang bernasib serupa.

    Begitu juga dengan kelas menengah-atas. Di Indonesia, setidaknya tercatat 27 Juta orang turun kelas menjadi menengah-bawah. Adapun di Cina, mereka yang turun kelas tercatat sekitar 115 juta orang. Perhitungan itu memaparkan, di mana sekitar 174 Juta jiwa kelas menengah-atas Asia turun kelas menjadi menengah-bawah.[]

    Oleh: Aep Ahmad Senjaya / Aep

    0 Komentar
    Tinggalkan Komentar
    Cancel reply
    0 Komentar
    Tidak ada komentar
    Berita Lainnya
    Dukung Anies Capres, Nadem, Demokrat dan PKS Tandatangani Piagam Kerjasama
    PKS Jabar Menolak Keikutsertaan Timnas Israel di Piala Dunia U-20 yang Bertanding di Jabar
    MA Tolak Kasasi Gugatan Hak Cipta Tabungan Emas Pegadaian
    SOKSI Jabar Sukses Gelar Rakerda yang Dihadiri Waketum Partai Golkar Ridwan Kamil
    Observatorium Bosscha Lakukan Pengamatan Hilal Menentukan Awal Ramadan 1444 Hijriah
    Berita Terdahulu

    Editorial


      rokok dewa

      Data Statik Covid-19


      DATA COVID-19 INDONESIA

      😷 Positif:

      😊 Sembuh:

      😭 Meninggal:

      (Data: kawalcorona.com)

      Ads