free hit counter code Sering Kucing-kucingan dengan Angkot, Angkutan Antar Kota Kehilangan Penumpang di Masa Pandemi - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter

Hot News


Jabar Juara


Opini


  • Hejo Tapi Teu Ngejo
    Hejo Tapi Teu Ngejo

    PROVINSI Jawa Barat memilik Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup. Perda tersebut didasari Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.

    Sering Kucing-kucingan dengan Angkot, Angkutan Antar Kota Kehilangan Penumpang di Masa Pandemi
    Ude D Gunadi/JuaraNews Penumpang bis angkutan kota selalu kosong di masa pendemi Covid-19

    Sering Kucing-kucingan dengan Angkot, Angkutan Antar Kota Kehilangan Penumpang di Masa Pandemi

    • Kamis, 3 Desember 2020 | 11:42:00 WIB
    • 0 Komentar

     

    LAJU kendaraan sudah lebih dari setengah perjalanan yang akan ditempuh. Namun penumpang yang baru duduk dibangku elf baru dua orang. Suara deru mesin pun agak beda, menandakan beban yang tidak berat oleh penumpang.

     

    “Cuma dua orang,” gumam Dedi (45 tahun), kondektur elf jurusan Kawali-Bandung, pekan lalu.

     

    Dedi cuma berharap ada penumpang jarak dekat yang bisa dibawa untuk menambah-nambah kekosongan penumpang. Namun, hal itu dilakukan dengan perasaan was-was karena pasti ada angkutan lain yang protes jika ketahuan.

     

    “Ya kucing-kucingan saja,” kata Dedi. “Kalau dibelakang tidak ada angkot atau angkutan yang mengangkut jarak dekat, kita ambil. Kalau tidak kita berikan sama mereka. Habis gimana lagi.”

     

    Sejak terjadi pandemi covid-19, Dedi mengaku susah mendapatkan penumpang. Orang-orang, katanya, kalau tidak penting-penting amat memilih diam di rumah ketimbang harus pergi ke luar kota. Apalagi mereka yang menjadi korban PHK atau usahanya bangkrut karena tak bisa operasi.

     

    “Terasa sekali dampaknya oleh angkutan umum seperti kita. Hari ini kita dapat dua penumpang, tadi ada tiga dari Ciamis,” katanya dengan ada sedih.

     

    Pria asal Banjarsari Kabupaten Ciamis itu mengungkapkan, ia sering pulang dengan uang pas-pasan untuk anak dan istrinya. Jika malam tiba, katanya, ia sering memandang anak-anak dan istrinya dengan wajah yang sedih. Ia sering bertanya dalam hatinya, sampai kaban wabah corona ini akan berakhir.

     

    Ia berharap kondisi kembali normal dan bisa beraktivitas seperti biasanya. “Kalau normal, ya bisa lah untuk anak istri. Tidak hanya untuk makan, tapi untuk kebutuhan lainnya seperti sekolah anak-anak atau menyalurkan hobi mancing,” katanya.

     

    Ia bercerita, kadang ia pun tidak pulang ke rumah karena tak bawa uang untuk anak istrinya. Ia memilih menginap di garasi mobil agar bisa jalan esok hari. Dedi bahkan terlihat nyaris menangis ketika mencerita kegiatan itu.

     

    “Saya sering berpikir, apa ada upaya secara spiritual untuk mengakhiri wabah ini. Kalau kemarau kan bisa shalat istisqho. Kalau wabah Covid-19 seperti ini apa ada upaya seperti itu?” katanya.

     

    Kondisi yang sama dirasakan Edi. Kondektur Bis Budiman ini memperlihatkan jumlah penumpang hanya 10 orang. “Ini termasuk banyak pak. Kalau biasanya malah kurang dari 10,” kata Edi.

     

    Sejak pandemi, katanya, jumlah penumpang tak pernah penuh. Apalagi ada ketentuan jumlah penumpang tak boleh full. “Bukan karena tidak boleh penuh, tetapi memang penumpangnya tidak ada,” kata Edi lagi.

     

    Beruntungnya, armada bis budiman mengunakan sistem penggajian untuk kesejateraan karyawannya. Akan tetapi, tetap saja ia kehilangan bonus dari penumpang yang biasanya selalu diperoleh di masa sebelum covid-19. “Sekarang mah tak pernah ada. Ada juga sekali-kali kalau long weekend,” katanya.

     

    Sekalipun demikian, katanya, ia selalu terbantu oleh titipan kiriman paket. Meski tak banyak, katanya, titipan paket barang ini dinilai membantu untuk uang makan atau pengeluaran di jalan. “Lumayan lah. Kadang juga suka besar. Buat rokok atau sekedar makan,” katanya.

     

    Pengalaman Edi juga dirasakan Dedi. Namun, katanya, titipan paket ini tak besar. Namun, membantu ia dan sopir untuk uang makan. “Di masa pandemi ini memang titipan paket ini menjadi alternatif yang tepat,” katanya.

     

    Sekalipun demikian, ia tetap menerapkan protokol kesehatan 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak) dalam menerima titipan paket barang itu. Masker selalu dipakai dan ia pun selalu mencuci tangan. “Di banyak tempat selalu ada tempat cuci tangan, pasti saya selalu melakukan itu,” katanya. (*)

    ude

    0 Komentar

    Tinggalkan Komentar


    Cancel reply

    0 Komentar


    Tidak ada komentar

    Berita Lainnya


    KPU Jabar Enggan Disebut Lelet, Ini Alasannya
    BMKG Soal Hujan dan Angin Kencang Melanda Bandung
    Hasyim Sindir KPU Jabar Tidak Hadir di Rapat Pleno
    80 KK Diungsikan Imbas Banjir Rob di Palabuhanratu
    Bey Machmudin Tarawih di Masjid Tertua di Bandung

    Editorial



      sponsored links