free hit counter code Daddy Rohanady: Mengubah Kebiasaan Hidup di Tengah Covid-19 Bukan Pekara Mudah - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter
Daddy Rohanady: Mengubah Kebiasaan Hidup di Tengah Covid-19 Bukan Pekara Mudah

Daddy Rohanady: Mengubah Kebiasaan Hidup di Tengah Covid-19 Bukan Pekara Mudah

JuaraNews, Bandung- Mengubah kebiasaan hidup bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan komitmen kuat untuk melaksanakannya. Komitmen dalam arti sesungguhnya, bukan hanya sekadar komat-kamit temen.

 

Demikian dikatakan, anggota DPRD Jabar Daddy Rohanady menanggapi akan diterapkan kehidupan normal baru atau new normal ditengah pandemi Covid-19 di Jawa Barat pada 1 Juni 2020 mendatang.

 

Menurutnya, Rencana penerapan new normal sesungguhnya juga menimbulkan pro-kontra, Hal itu menyisakan banyak Pekerjaan Rumah berbagai pihak. Pasalnya Semua warga masyarakat diharapkan ikut atau taat pada aturan kehidupan baru ini.

 

"Kita terpaksa menyesuaikan diri dengan gaya hidup baru berprotokol kesehatan. Kalau mencuci tangan mah, bukan hal aneh. Sejak kecil kita sudah ditanamkan kebiasaan itu. Bedanya, dalam era the new normal kebiasaan itu frekwensinya menjadi lebih banyak. Ada sesuatu yang agak baru, yakni "social distancing" yang kemudian dipadankan dengan "jaga jarak," katanya saat dihubungi, Jumat (29/05/2020).

 

"Meskipun pada awalnya masyarakat menolak menjaga jarak, sekarang tidak lagi. Masalahnya orang Indonesia pada umumnya inklusif, sedangkan jaga jarak berkonotasi eksklusif," tambahnya.

 

Selain itu, kita juga diharapkan selalu bermasker. Padahal, itu masih terasa janggal karena selain wajah tak tampak secara utuh, suara pun menjadi kurang jelas ketika bicara.

 

Masalahnya ada lagi, yakni soal kerumunan. Lha kalau di terminal, stasiun, bandara, atau pelabuhan? Pengendalian situasi itu menjadi tugas tambahan buat para petugas di masing-masing lokasi.

 

Memang Covid-19 penularannya sangat cepat, sehingga mau tidak mau dan suka tidak suka, kita harus antisipasi. Maka, tidak aneh jika ada yang menjulukinya virus kerumunan.

 

Namun, tak elok juga rasanya kalau ada prjabat negara yang mengibaratkan virus yang barasal dari Wuhan-Cina itu sebagai istri. Paradigma berpikir seperti itu harus diperbaiki. Istri jika digauli, sehat kita. Lha virus dijadikan istri, nonggeng sia!. (*).

bas

0 Komentar

Tinggalkan Komentar


Cancel reply

0 Komentar


Tidak ada komentar

Berita Lainnya


3 Raperda Prakarsa DPRD Jabar Tuntas Dibahas
Bey Target Swasembada Pangan di Jabar
Legislator Minta Regulasi PPDB Zonasi Dievaluasi
Komisi V Dorong Penerbitan Kepgub Upah Buruh
Sekretariat DPRD Jabar Gelar Halal Bihalal

Editorial



    sponsored links