Polsek Cikarang Pusat Santuni Anak Yatim Piatu
- 25 Januari 2025 | 07:35:00 WIB
KEGIATAN santunan berlangsung di Markas Komando Cikarang Pusat di Desa Sukamahi, Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi.
KEGIATAN santunan berlangsung di Markas Komando Cikarang Pusat di Desa Sukamahi, Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi.
BENCANA gempa yang diakibatkan oleh terjadinya pergeseran lempengan (Megatrusht) harus menjadi perhatian dan disikapi dengan kesiapsiagaan.
JuaraNews, Bandung - Pemerintah Kota Bandung diminta lebih serius dalam mengatasi persoalan sampah. Mengingat, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat kondisinya semakin kritis.
Salah satu sosok pegiat lingkungan, Hani Yuhani menilai Pemerintah Kota Bandung tidak serius dalam mengatasi persoalan sampah. "Dari dulu persoalannya masih terus terulang," katanya di Bandung, Selasa (7/1/2025).
Ketidakseriusan ini salah satunya terkait pendataan yang tidak sesuai dengan kondisi riil di lapangan. Hani menjelaskan, mengacu data dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung menyumbang 1.600 ton sampah setiap hari.
"Ini berbeda dengan data dari Pemerintah Kota Bandung, yang jumlahnya 1400 ton per hari," kata pegiat sampah itu.
Masih berdasarkan data tersebut, Kota Bandung menyumbang 60% sampah di cekungan Bandung ini. Jadi perlu ada validasi data. Keakuratan data ini sangat penting untuk menentukan program yang akan dijalankan.
Hani melanjutkan, 60% sampah di Kota Bandung berasal dari kawasan komersial seperti hotel, restoran, pasar, dan lainnya.
"Kita punya banyak perguruan tinggi, gandeng akademisi untuk pendataan sampah ini," ujarnya.
Selain pendataan, program-program terkait penanganan sampah yang dilakukan Pemerintah Kota Bandung pun belum berjalan efektif. Salah satunya terkait magotisasi yang sudah dilakukan Pemerintah Kota Bandung.
Program rumah magot yang dicanangkan, banyak yang tidak berjalan. Yang jalan hanya 5%. Banyak yang tutup, karena kekurangan pasokan sampah organik.
Kurangnya pasokan sampah organik ini, tambah dia, membuktikan juga bahwa belum optimalnya program pemilahan sampah. Sampah organik banyak, tapi tidak terdistribusikan/
Dia pun menyoroti belum optimalnya keberadaan TPS Terpadu yang dibangun Pemerintah Kota Bandung. "Contohnya pusat olah sampah organik di Gedebage. Sampahnya campur dengan anorganik, lokasinya juga banjir," katanya.
Padahal, menurutnya, program-program tersebut sangat efektif untuk mengatasi persoalan sampah jika dijalankan dengan baik. "Metode magotisasi ini sangat efektif untuk mengolah sampah. Di tempat saya, 1 kg magot bisa mengelola sampah organik 3 kg," katanya.
Magotisasi ini pun, lanjutnya, menjadi sarana edukasi ke masyarakat agar semakin banyak yang mau memilah sampah. Maka dari itu, Pemerintah Kota Bandung salah satunya harus fokus dalam mengelola sampah organik. (*)
Rdsp
0 KomentarPERMASALAHAN lingkungan yang ada di hampir semua wilayah Jawa Barat diantaranya masalah galian tambang ilegal dan sampah masih menjadi Selengkapnya..
PEMKOT Bandung berencana melakukan mutasi/rotasi pejabat tinggi Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemkot Selengkapnya..
POCARI Sweat Run Indonesia yang ke 12 akan kembali diselenggarakan di Kota Bekasi pada 19-20 Juli Selengkapnya..
BEY Machmudin meminta ITB bantu mengkaji wacana penerbangan di Bandara Husein Selengkapnya..
PEMKOT Bandung melalui Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung terus melakukan pencegahan Selengkapnya..
MAJU kena mundur kena. Peribahasa itu tepat menggambarkan kondisi saat ini, terkait penanggulangan Covid-19.
LAYANAN Mobil SIM Keliling Online hadir di sejumlah tempat di wilayah Kota Bandung Raya. Berikut ini jadwal dan lokasinya:
ACHYADI sosok bapak pemilik sepeda tua yang juga melukis tokoh tokoh sejarah pejuang kemerdekaan Indonesia.
SEKOLAH Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) membatalkan 233 ijazah mahasiswa yang lulus pada periode 2018-2023.