free hit counter code Menilik Tradisi Berbagi Angpao saat Imlek - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter

Hot News


Jabar Juara


Opini


  • RPJPD JABAR 2025-2045
    RPJPD JABAR 2025-2045

    RENCANA Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang.

    Menilik Tradisi Berbagi Angpao saat Imlek
    net Ilustrasi pemberian angpao saat imlek

    Menilik Tradisi Berbagi Angpao saat Imlek

    • Kamis, 8 Februari 2024 | 10:10:00 WIB
    • 0 Komentar

    JuaraNews Bandung - Tradisi membagikan angpao atau amplop merah berisi uang tentu sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Tahun Baru Imlek di masyarakat Tionghoa. Memberikan angpao bukan sekedar tanda terima kasih dan kebaikan, namun juga mematuhi seperangkat kode etik yang  diwariskan secara turun-temurun.

     

    Memberi angpao biasanya menjadi hal yang  paling mengasyikkan bagi banyak orang. Karena sebagian besar isinya adalah uang. Berakar dari masa Dinasti Han hingga Dinasti Song, pemberian uang dalam amplop merah telah menjadi simbol keberuntungan, kemakmuran, dan diyakini sebagai perlindungan dari roh jahat.

     

    Mengacu pada kata ‘hong bao’ yang memiliki arti kantong merah, dikaitkan pemberian angpao ini melambangkan kebaikan yang akan selalu menyertai penerima angpao sepanjang tahun ini. Namun pada saat itu, amplop merah disebut ‘ya sui qian’ dan digunakan untuk memberi ucapan selamat kepada anak-anak dan anggota keluarga lainnya selama perayaan Tahun Baru Imlek.

     

    Umumnya, anak-anak dan para cucu memberikan ucapan selamat kepada orang tua dan kakek-neneknya. Sebagai imbalan, kakek-nenek dan orang tua memberikan anak-cucu mereka amplop merah berisi uang, mengucapkan semoga mereka beruntung di tahun baru.

     

    Tetapi tidak hanya sekedar memberi amplop berisi uang saja, pemberian amplop ini diketahui mempunyai aturan tersendiri yang haru dipatuhi. Berikut merupakan etika dalam memberi angpao saat Imlek.

     

    Memasukkan Uang Baru

     

    Pada tahun baru imlek, merupakan tradisi untuk memasukkan dan memberikan uang baru ke dalam amplop merah. Memberi uang kertas yang kotor atau kusut rasanya hanya tidak etis diberikan untuk hari sakral. Dan seminggu menjelang Tahun Baru Imlek, biasanya sudah banyak orang mengantri panjang di bank untuk menukarkan uang kertas lama dengan uang baru.



    Menghindari Memberi Koin ke Dalam Amplop

     

    Koin menurut pandangan budaya Tionghoa dianggap sebagai simbol keberuntungan yang kurang signifikan dalam konteks perayaan Imlek, karena uang kertas lebih representatif sebagai simbol kemakmuran dan keberuntungan yang lebih besar. 

     

    Menghindari Jumlah Angka 4

     

    Saat memberikan angpao dikaitkan untuk menghindari jumlah senilai 40 yuan atau 400 yuan. Angka ‘4’ dalam bahasa China terdengar seperti ‘kematian’, sehingga dianggap membawa sial. Angka genap, kecuali empat lebih dipercaya membawa kebaikan daripada angka ganjil. Hingga jumlah yang terbaik disarankan saat memberi angpao adalah dimulai atau diakhiri dengan delapan, seperti 800 yuan, karena dianggap meningkatkan keberuntungan.

     

    Membawa Amplop Merah Selama 16 Hari

     

    Disarankan untuk membawa amplop merah lebih dulu dan selalu bawa beberapa amplop selama 16 hari Tahun Baru Imlek (dari Malam Tahun Baru hingga Festival Lentera) sebagai pegangan kalau ada seseorang yang mungkin perlu diberikan amplopnya.

     

    Memberikan Denominasi Berbeda

     

    Disarankan memasukkan denominasi yang berbeda ke dalam amplop merah yang diatur berbeda sedemikian rupa sehingga bisa menjadi pembeda yang cepat dan bijaksana untuk membedakan apakah memberikan 100 yuan atau 1.000 yuan.

     

    Demikian beberapa etika yang perlu dipatuhi saat memberikan amplop merah pada perayaan Imlek. Namun, tak ayal tradisi pemberian angpao juga memiliki aturan tertentu siapa yang bisa menerimanya. Yakni hanya diberikan pada anak-anak, orang lajang (orang dewasa yang belum menikah), dan pada anggota keluarga yang masih bersekolah atau tidak bekerja.

     

    “Buat aku malahan kadang udah gak dapet atau nerima angpao, dapet mungkin kalau dikasih sama mamah papa sama kakak di rumah aja” kata Chelsea, salah satu mahasiswi Binus yang berketurunan Tionghoa. (*)

    bas

    0 Komentar

    Tinggalkan Komentar


    Cancel reply

    0 Komentar


    Tidak ada komentar

    Berita Lainnya


    Demokrat Jabar Sosialisasikan Dedi-Erwan
    BPBD Turunkan Dua Tim Pusdalops ke Lokasi Banjir
    Job Fair Diharapkan Bisa Turunkan Pengangguran
    Bey Machmudin: Hati-hati, Marak Investasi Bodong
    UPI Siap Jadi Agen Penggerak Pengelolaan Sampah

    Editorial



      sponsored links