free hit counter code Nian: Makhluk Mitologi yang Takut Warna Merah - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter

Hot News


Jabar Juara


Opini


  • RPJPD JABAR 2025-2045
    RPJPD JABAR 2025-2045

    RENCANA Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang.

    Nian: Makhluk Mitologi yang Takut Warna Merah
    net Nian Makhluk Mitologi dalam tradisi Imlek

    Nian: Makhluk Mitologi yang Takut Warna Merah

    JuaraNews Bandung - Perayaan imlek tentunya identik dengan penggunaan warna merah untuk beberapa hal seperti, lampion berwarna merah, pernak-pernik pintu yang berwarna merah, hingga baju yang digunakan pun pasti identik dengan warna merah. 

     

    Warna merah dianggap sebagai warna keberuntungan dan simbol kebahagiaan dalam budaya Tionghoa. Penggunaan warna merah selama perayaan Tahun Baru Imlek atau Festival Musim Semi bertujuan untuk mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan. 

     

    Terdapat beberapa legenda dan kepercayaan yang menyertai penggunaan warna merah dalam perayaan Imlek. Warna merah juga berkaitan erat dengan salah satu makhluk mitologis asal Cina yaitu Nian. 

     

    Makhluk  mitologis berbentuk yang memiliki bentuk seperti singa, bertubuh setengah banteng, memiliki tanduk, dan bergigi tajam namun takut pada warna merah. Legenda Nian merupakan salah satu cerita mitos yang menjadi bagian dari tradisi Tionghoa, terutama terkait dengan perayaan Imlek. Cerita ini menceritakan tentang makhluk mitologis yang disebut Nian, yang dianggap menakutkan dan memerangi manusia pada malam Tahun Baru.

     

    Menurut legenda, Nian adalah makhluk raksasa yang tinggal di pegunungan atau laut. Setiap tahun, pada malam Tahun Baru Imlek, Nian akan turun dari tempat persembunyiannya untuk memakan manusia, terutama anak-anak. Nian dikatakan takut pada tiga hal: suara.keras, cahaya terang, dan warna merah.



    Orang-orang di desa-desa mulai menemukan cara untuk melawan Nian. Mereka menyadari bahwa Nian takut pada suara keras, jadi mereka menggunakan petasan dan mercon untuk menakut-nakuti makhluk tersebut. Cahaya terang dihasilkan dari lentera dan lampu yang dinyalakan di seluruh desa.

     

    Selain itu, orang-orang mengetahui bahwa Nian sangat takut pada warna merah. Oleh karena itu, masyarakat mulai menghias rumah mereka dengan dekorasi merah, mengenakan pakaian merah, dan menyusun pertunjukan merah di desa mereka. Mereka juga menemukan cara untuk membuat cat merah dengan menggunakan bahan-bahan alami.

     

    Dengan menggabungkan ketiga elemen ini, yaitu suara keras, cahaya terang, dan warna merah, orang-orang berhasil menakut-nakuti Nian, membuatnya kabur, dan memastikan keselamatan desa. Sejak saat itu, tradisi menggunakan warna merah, petasan, dan lentera merah menjadi bagian integral dari perayaan Imlek untuk mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan dalam budaya Tionghoa. Orang-orang juga menggunakan kertas merah, lentera, dan dekorasi merah lainnya untuk menakut-nakuti Nian dan melindungi diri mereka dari serangan makhluk tersebut.

     

    Penggunaan warna merah pada saat imlek juga dapat dikaitkan dengan simbolisme kekayaan, kemakmuran, dan keberuntungan dalam tradisi Tionghoa. Oleh karena itu, warna merah menjadi dominan dalam pakaian, dekorasi, dan perayaan selama Imlek. (*)

    bas

    0 Komentar

    Tinggalkan Komentar


    Cancel reply

    0 Komentar


    Tidak ada komentar

    Berita Lainnya


    Demokrat Jabar Sosialisasikan Dedi-Erwan
    BPBD Turunkan Dua Tim Pusdalops ke Lokasi Banjir
    Job Fair Diharapkan Bisa Turunkan Pengangguran
    Bey Machmudin: Hati-hati, Marak Investasi Bodong
    UPI Siap Jadi Agen Penggerak Pengelolaan Sampah

    Editorial



      sponsored links