free hit counter code Banyak Bangunan Rusak Saat Gempa Cianjur, BMKG: Kontruksi Bangunan Tak Aman Gempa - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter
Banyak Bangunan Rusak Saat Gempa Cianjur, BMKG: Kontruksi Bangunan Tak Aman Gempa
(istimewa) BMKG menyebut, banyaknya bangunan yang rusak saat gempa Cianjur, salah satunya dikarenakan kontruksi yang tidak aman gempa

Banyak Bangunan Rusak Saat Gempa Cianjur, BMKG: Kontruksi Bangunan Tak Aman Gempa

  • Jumat, 2 Desember 2022 | 23:54:00 WIB
  • 0 Komentar

JuaraNews, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan dari hasil monitoring dan survei gempa Cianjur. Kerusakan bangunan akibat guncangan gempa dengan magnitude 5,6 itu salah satunya disebabkan banyaknya rumah yang dibangun dengan struktur tidak aman.


Akibat guncangan gempa itu, hingga 2 Desember tercatat 29.985 rumah warga mengalami kerusakan. Dari jumlah sebanyak itu, 6.754 rumah rusak berat, 8.978 rumah rusak sedang, dan 14.253 rumah rusak ringan. Selain itu, tercatat juga sejumlah infrastruktur pun mengalami hal yang sama, di mana 520 bangunan sekolah, 264 tempat ibadah, 14 fasilitas kesehatan, dan 14 gedung perkantoran.


“Kami perlu menekankan faktor penyebab kerusakan akibat gempa. Ini sangat penting dalam proses pembangunan atau rekonstruksi kembali untuk wilayah yang dapat dibangun kembali,” tutur Ketua BMKG Dwikorita Karnawati saat konferensi pers virtual, Jumat (02/11/2022).


Kerusakan itu menurut Dwikorita disebabkan oleh beberapa faktor. Gempa yang sangat merusak itu disebabkan oleh faktor kedalaman pusat gempa yang sangat dangkan, yaitu 11 km. Bahkan beberapa gempa susulan menunjukan kedalaman yang lebih dangkal, 5 km.


Faktor kedua, lokasi pemukiman berada pada tanah lunak atau lepas. Hal ini mengakibatkan amplifiksi tanah.


“Amplifikasi artinya apabila gelombang gempa merambat pada tanah tersebut akan mengalami penguatan,” jelasnya.


Adapun faktor ketiga yang menyebabkan kerusakan parah adalah pengaruh topografi.


“Kebanyakan bangunan yang mengalami kerusakan itu berada pada tepi lereng atau tebing lembah. Jadi ada pengaruh topografi yang mengakibatkan peningkatan intensitas guncangan dan kerusakan,” paparnya.


Sedangkan faktor keempat, adalah akibat struktur bangunan atau konstruksi yang yang tidak memenuhi standar aman gempa.


“Banyak rumah-rumah yang tidak aman gempa, rumah tembok tanpa besi,” ungkap Dwi.


Walaupun ada yang menggunakan struktur besi, Dwikorita mengungkapkan struktur kolom yang lemah juga menjadi penyebab banyaknya rumah-rumah masyarakat ataupun bangunan infrastruktur mengalami kerusakan parah.


“Kemudian, bagaimana pengaruh efek tanah lunak mengakibatkan rumah itu, apa… jumpalitan ya, saling terserak. Itu terangkat,” katanya.


Kalaupun ada yang memiliki strukur kolom dan balok yang kuat, lanjut Dwi, tapi dindingnya lemah.


“Kolomnya kuat tapi dindingnya lemah, ya sama saja,” jelas Dwikorita.


Mengenai topografi, Dwikorita mengatakan kemiringan lereng juga mempengaruhi parahnya kerusakan bangunan sehingga ketika tanah bergerak turun menimbulkan juga rekahan-rekahan.


“Juga akibat rumah itu ikut longsor bersama longsoran juga terjadi. Ada juga kerusakan akibat kena runtuhan batuan. Nah, ini umumnya pada lereng-lereng atau pada kondisi topografi miring,” ujarnya.


Semua itu, terang Dwi, merupakan faktor penyebab kenapa kerusakannya begitu dahsyat.


“Meskipun dari hasil survei kondisi tanahnya secara umum sebagian besar merupakan tanah sedang hingga keras, namun ada yang secara spot-spot terisolasi. Itu kluster-kluster tanah lunak, pada klaster itulah terjadi kerusakan yang parah,” pungkasnya.(*)

Aep

0 Komentar

Tinggalkan Komentar


Cancel reply

0 Komentar


Tidak ada komentar

Berita Lainnya


Wapres Ma'ruf: Optimalkan Teknologi dalam Mitigasi
Agus Mulyana Optimistis Timnas Menang Lawan Korsel
SAH! Prabowo-Gibran Presiden & Wapres 2024-2029
Bey Ingin Sumedang Kembali Jadi Paradijs van Java
Bonus Demografi Sumber Daya Pembangunan Produktif

Editorial



    sponsored links