free hit counter code Mencari Jejak dan Memenangkan Kehidupan Lawan Covid-19 - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter

Hot News


Opini


    Mencari Jejak dan Memenangkan Kehidupan Lawan Covid-19
    Riska Wulandari

    Mencari Jejak dan Memenangkan Kehidupan Lawan Covid-19

    MATTIA, tiba-tiba menjadi terkenal di Italia. Pria berusia 38 tahun yang tinggal di Codogno, Lodi, Lombardia, Italia ini sebelumnya disebut sebagai pasien pertama dengan transmisi lokal, untuk kasus penyakit Covid – 19 yaitu pada 18 Februari 2020.

     

    Sebelumnya di Italia terdapat dua turis Cina yang pergi ke rumah sakit di Roma dan terkonfirmasi mengalami infeksi SARS CoV-2 dan menderita Covid-19, pasangan suami istri tersebut mendapat perawatan serius sejak 29 Januari dan berhasil pulih. Mereka kembali ke negaranya pada 26 Februari.

     

    Ditemukannya dua turis Cina yang mengalami sakit di Roma ini, membuat pemerintah Italia langsung menutup penerbangan dari Cina. Dua turis tadi juga diketahui melakukan perjalanan wisata di berbagai kota antara lain, Milan beberapa hari, Parma, dan Roma kemudian keduanya sakit di kota Roma.

     

    Kasus Mattia menjadi menarik sekaligus misterius, sebab pria yang bekerja sebagai manager sebuah perusahaan multinasional tersebut, tidak pernah bertemu dengan kedua turis tadi dan juga tidak pernah melakukan kunjungan ke Cina. Salah satu teman dekat yang pernah diundangnya makan malam di rumah dan baru datang dari Cina yang sempat dinyatakan tersangka, ternyata hasil tesnya negatif.

     

    Sementara Mattia berjuang di ICU untuk kembali mendapatkan hidupnya, para dokter dan virolog di Italia mencoba untuk mencari jejak transmisi virus SARS C0V-2. Di Codogno sendiri, warga mulai melaporkan gejala serupa dan mereka dilarikan ke rumah sakit, bahkan, ayah, ibu dan istri Mattia yang sedang mengandung pun mengalami simptom dan ketika di tes terkonfirmasi positif Covid-19.

     

    Koran La Repubblica Italia menyebutkan selama tiga pekan sebelum sakit, sebagai seorang yang sangat aktif, ia diketahui melakukan beberapa kegiatan antara lain mengunjungi orang tua di Castiglione d’Adda tempat kelahirannya (11,7 km) dan melaju ke Casalpusterlengo dimana kantornya berada (5 km dari Codogno).

     

    Pada 2 Februari dia juga berpartisipasi dalam setengah maraton dengan kelompok lari Codogno 82 di Santa Margherita Ligure lalu pada 9 Februari mengikuti marathon di Sant'Angelo Lodigiano yang jaraknya hanya beberapa kilometer dari Codogno, ia pergi dengan mobil bersama empat orang lainnya.

     

    Selain itu, dia juga sempat pergi bermain di Madignano (Cremona) dengan tim sepak bolanya yang mengenalnya sebagai pemain gelandang yang cukup handal.

     

    Melihat eskalasi penambahan pasien yang terus meningkat, pemerintah lokal tidak menunggu lama, munculnya pasien-pasien baru ini membuat Presiden region Lombardia meminta kepada Perdana Menteri untuk boleh memberlakukan karantina wilayah. Perdana Menteri memberikan ijin dan menerapkan karantina wilayah pada episentrum Codogno dan Vo’ serta 11 kota lainnya termasuk Milan pada 23 Februari 2020

     

    Viirolog berpacu dengan waktu, berusaha melakukan riset mendalam di laboratorium dan akhirnya, diketahui bahwa virus yang menginfeksi Mattia ternyata bukan dari Cina, tetapi menunjukkan genetik Bavaria dan ini juga mengejutkan, sebab selama ini, Italia menutup pintu penerbangannya untuk Cina, tapi tidak pernah menduga, penyakit akan dibawa dari negeri tetangga.

     

    Di Eropa, Jerman merupakan negara pertama yang mengalami kasus Covid-19, tepatnya pada 24 Januari atau sekitar sebulan sebelum kasus Codogno, Italia. Pasien pertama Jerman adalah seorang pria berusia 33 tahun yang bekerja sebagai manajer pada perusahaan multinasional di Munich dan tidak pernah melakukan perjalanan ke Cina, tapi sempat melakukan pertemuan dengan partner dari Cina, pada tanggal 20-21 Januari di sebuah kita dekat Munich dan perempuan ini kembali ke Shanghai dan baru mengalami sakit dalam penerbangan kembali ke negaranya dan dinyatakan positif setelah diperiksa oleh tim medis di Shanghai.

     

    Pasien pertama Jerman ini, diperkirakan terinfeksi oleh partnernya dari Cina dan meginfeksi 4 rekan kerjanya. Pasien 1 asal Bavaria Jerman ini oleh tim virolog disebut BavPat1.

     

    Sekelompok dokter dari Jerman, pada bulan Januari, telah melayangkan surat kepada New England Journal of Medicine agar dilakukan riset serius, mengenai kasus Covid-19 yang terjadi di Jerman.

     

    Dalam surat mereka, dokter menjelaskan bahwa kasus Jerman itu menarik karena diagnosis dibuat di Jerman, pada saat coronavirus tampaknya masih menjadi masalah besar di Cina. Aspek penting lainnya, yang akan memerlukan penyelidikan lebih lanjut, menurut mereka adalah menyangkut kemungkinan bahwa pasien China itu menular sebelum mengembangkan gejala, atau masih dalam masa inkubasi penyakit. Aspek ini dipelajari selama berminggu-minggu, karena dianggap dapat menimbulkan resiko infeksi yang lebih tinggi dimana ada orang yang terinfeksi, tetapi masih tanpa gejala, terus menjalankan kehidupan sosial yang normal, bersentuhan dengan banyak orang yang dapat terinfeksi.

     

    Menurut kronologi, pasien pertama Jerman merasakan timbulnya gejala, usai menghadiri pertemuan dengan mitra bisnis dari Cina di kantornya yang berlokasi di dekat Munich pada 20 dan 21 Januari. Mitra bisnis, ini mengunjungi Jerman pada perode 19 dan 22 Januari. Selama tinggal di Jerman, ia tidak memperlihatkan tanda-tanda atau gejala infeksi.

     

    Pada 27 Januari, pasien Cina ini memberi tahu perusahaan tentang penyakitnya. Kepada perusahaan dan mulai melakukan pelacakan kontak. Beberapa kolega yang disebutkan di atas dikirim ke Divisi Penyakit Menular dan Kedokteran Tropis di Munich untuk penilaian lebih lanjut. Saat diperiksa, para kolega ini terlihat kurang sabar dan tampak sehat. Mereka juga melaporkan tidak ada penyakit sebelumnya atau kronis dan tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri dalam 14 hari sebelum timbulnya gejala. Namun dari hasil usap nasofaring dan satu sampel dahak diperoleh dan ditemukan positif untuk SARS C0V2, pada tes reverse-transcriptase - reaksi-polimerase-rantai (qRT-PCR) kuantitatif. Dua tindak lanjut uji qRT-PCR mengungkapkan viral load tinggi 108 salinan per mililiter dalam dahaknya selama hari-hari berikutnya, dengan hasil terakhir yang tersedia pada tanggal 29 Januari.

     

    Pada 28 Januari, tiga karyawan tambahan di perusahaan diuji positif untuk 2019-nCoV (Pasien 2 sampai 4 pada Gambar 1). Dari pasien ini, hanya Pasien 2 yang memiliki kontak dengan pasien indeks; dua pasien lainnya hanya melakukan kontak dengan Pasien 1. Sesuai dengan otoritas kesehatan, semua Pasien dengan infeksi SARS C0V-2 yang dikonfirmasi dirawat di unit penyakit menular Munich untuk pemantauan klinis dan isolasi. Sejauh ini, tidak satu pun dari empat pasien yang dikonfirmasi menunjukkan tanda-tanda penyakit klinis yang parah.

     

    Keempat pasien yang terlihat di Munich memiliki kasus ringan dan dirawat di rumah sakit terutama untuk tujuan kesehatan masyarakat. Karena kapasitas rumah sakit terbatas - khususnya, mengingat puncak bersamaan musim influenza di belahan bumi utara - penelitian diperlukan untuk menentukan apakah pasien tersebut dapat diobati dengan bimbingan dan pengawasan yang tepat di luar rumah sakit.

     

    Ahli biologi Trevor Bedford, yang mengkhususkan diri dalam vaksin dan penyakit menular di Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson di Seattle (Amerika Serikat) berdasarkan informasi yang dikumpulkan di situs NextStrain, yang mengumpulkan data tentang karakteristik genetik dari coronavirus, melacak bagaimana perubahan ini ketika virus mencapai area geografis lainnya dengan membandingkan perbedaan genetik (yang ditentukan sebagai replikasi virus), yang dimungkinkan (dalam batas tertentu) untuk memahami asal-usul varian coronavirus yang menyebabkan epidemi di wilayah geografis tertentu. Dengan penyatuan data ini serta informasi yang dihimpun maka menurutnya, sejenis pohon keluarga coronavirus dapat direkonstruksi, yang kemudian dapat diproyeksikan ke peta untuk memahami evolusinya dalam ruang dan waktu.

     

    Sistem ini memungkinkan untuk menyoroti satu garis "kekerabatan" yang menyangkut 10 sekuens genetik coronavirus yang berbeda dari 43 yang diidentifikasi sejauh ini. Pada dasar garis ini adalah Jerman / BavPat1 / 2020, pasien Jerman 1. Hipotesisnya adalah bahwa infeksi tersebut kemudian melewati subyek lain, yang mengarah pada identifikasi kasus coronavirus di Swiss, Finlandia, Brasil, Meksiko dan Italia.

     

    Jika ini masalahnya, kasus pada akhir Januari di Jerman akan menyebabkan sirkulasi virus yang signifikan di luar Cina. Keadaan ini juga akan menunjukkan bahwa coronavirus akan tetap di Eropa selama beberapa minggu tanpa diketahui terlalu banyak, mengingat bahwa dua wabah paling penting (yang ada di Lodi dan Vo') telah diidentifikasi hampir sebulan kemudian.

     

    Bredford mengatakan Ini bukan penemuan definitive namun secara umum, data yang dikumpulkan oleh NextStrain penting karena mereka menawarkan wawasan baru kepada peneliti untuk merekonstruksi metode penularan, memahami apa yang tidak bekerja dalam sistem penahanan dan meningkatkan praktik dan protokol, sehingga membuat isolasi lebih pasti. Kasus-kasus seperti ini juga merupakan konfirmasi yang menyatakan wabah "terkendali" tidak serta-merta menyiratkan bahwa infeksi sekunder lainnya telah dicegah.

    Di Italia sendiri, ada kemungkinan penyakit ini telah menginfeksi warga sejak sebelum Mattia, berdasarkan laporan seorang dokter di sebuah rumah sakit swasta di Piacenza (Codogno hanya 15 km dari Piacenza dan 59 km dari Milan), ada seorang pasien manula yang meninggal karena Covid-19 pada 19 Januari 2020 dan dia sendiri harus melakukan karantina mandiri selama sebulan pennuh kemudian menceritakan kisahnya pada jurnalis koran Leggo.

     

    Dokter tersebut menjelaskan bahwa dia mengunjungi banyak pasien Codogno dengan gejala yang berhubungan dengan coronavirus sebelum epidemi pecah dan mereka terinfeksi dengan kondisi yang persis sama "Saya yakin waktu itu, mereka bukan pasein yang disebut pasien 1".

     

    Di klinik yang sama, ahli bedah lain dinyatakan positif dan menemukan dirinya positif saat melakukan kunjungan wisata di Tenerife, Spanyol pada 25 Februari. Seorang perawat menjelaskan pada Koran tersebut, bahwa seorang pasien dibawa pergi dari fasilitas biocontainment sebelum kasus Codogno: “Petugas yang datang menjemputnya sudah memiliki pakaian berjubah yang terkenal. Dia dengan cepat dibawa pergi. Dari sana secara objektif kemudian keheningan, tidak ada yang diketahui .” ujarnya.

     

    Kelompok Sanna, tempat klinik tersebut berada, dalam sebuah email, berbicara tentang seorang pasien yang tiba di klinik Sant'Antonino pada 17 Februari 2020 dan kemudian dikirim ke ruang gawat darurat dengan 118 pasien untuk demam yang terus-menerus. Kemudian, pasien itu juga dites positif terkena coronavirus namun Mattia yang secara resmi pasien pertama yang terinfeksi oleh virus di Italia, dirawat di rumah sakit pada 18 Februari.

     

    Menjawab fenomena ini, pada 17 Maret, Profesor Galli mengatakan masuknya virus ke Italia diperkirakan pada 25 Januari karena menurutnya, Strain Jerman ternyata sangat mirip dengan Codogno.

     

    Memperkuat hipotesis ini, pada 23 Maret 2020, spara ahli dari Bio-Medico University of Rome yang dipimpin oleh Massimo Ciccozzi kepala Unit Statistik Medis dan Epidemiologi Molekuler itu mengatakan berdasarkan penelitian mereka, Coronavirus memasuki Italia dua kali, yaitu dari Jerman dan Cina, pada waktu yang berbeda.

     

    Penelitian mereka berjudul "Keraguan akan diperkenalkannya beberapa SARS-CoV-2 di Italia: gambaran awal " diterbitkan dalam Journal Medical Virology. Studi ini dilakukan bersama sekelompik mahasiswa yaitu Marta Giovanetti, Silvia Angeletti dan Domenico Benvenuto yang sedang menjalani tahun keenam program kedokteran.

     

    "Penelitian yang kami lakukan menunjukkan bahwa dua peristiwa epidemi yang berbeda terjadi di Italia dalam dua momen yang berbeda dan mungkin satu yang datang langsung dari Cina, kemungkinan dari Jerman, " jelas Ciccozzi.

     

    Riset ini menurutnya dilakukan dengan teknik epidemiologi molekuler, yang mengeksploitasi model matematika dan statistik yang berlaku untuk semua urutan genom lengkap Coronavirus yang terisolasi pada pasien yang terinfeksi.

     

    "Dalam praktiknya teknik ini memungkinkan kami untuk mengatakan, berdasarkan perbedaan genetik yang terisolasi yaitu di Lazio (Roma) dan di Lombardia (Codogno), jika sekelompok pasien telah mengalami kejadian epidemi yang sama atau jika kejadian epidemi disebabkan oleh satu pasien. Dalam hal ini, telah terlihat bahwa ada dua kelompok peristiwa epidemi di Italia yang agak berjarak secara temporal satu sama lain," tambah Ciccozzi. Oleh karena itu menurutnya, Italia mengalami epidemi ganda karena mendapat virus dari dua sumber yang berbeda pada waktu yang berbeda.

     

    Mattia pada tanggal 18 Februari, sempat memeriksakan diri di rumah sakit dan dokter memintanya untuk menjalani rawat inap, namun ia menolak dan merasa bisa melawan sakit ini, mengingat ia juga sangat aktif berolahraga maraton dan sepak bola selama dua bulan terakhir. Namun rupanya virus lebih kuat sehingga pada 20 Februari, ia harus kembali ke rumah sakit dan bahkan menjalani 18 hari terapi di ICU karena kondisi yang kritis kemudian berlanjut 10 hari pada bangsal isolasi di rumah sakit San Matteo di kota Pavia.

     

    “Selama sakit, saya hanya berpikir saya harus bertahan karena saya akan menjadi ayah,” ujarnya. Sementara itu, istrinya dinyatakan sembuh dari Covid-19 dan kehamilannya dinyatakan sehat. Namun Mattia juga harus menerima kenyataan pahit karena Covid-19 juga telah mengambil ayanya tercinta, sementara ibunda Mattia dapat bertahan dan sembuh.

     

    Saat ia keluar dari rumah sakit, kepada media ia mengatakan “Aku telah mengalami satu bulan yang sangat berat dan sekarang aku bersyukur, bisa melakukan hal terindah dalam hidup : bernafas,” ujarnya. Tanggal 7 April kemarin, putri Mattia lahir. “Inilah keinginan utamaku setelah sembuh dari Covid-19, ingin menyaksikan putriku lahir,” ujarnya. Sebuah kabar yang menggembirakan adalah amunisi untuk kemenangan melawan serangan Covid-19. Selamat berbahagia, Mattia! (Dari berbagai sumber).

     

    Rieska Wulandari, seorang wartawan, tinggal di Italia.  

     


    https://www.ilpost.it/2020/03/06/coronavirus-paziente-1-tedesco-italia/
    https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMc2001468
    https://www.ilgiornale.it/news/cronache/diffusione-coronavirus-italia-paziente-0-arriva-germania-1839124.html
    https://www.leggo.it/italia/cronache/mattia_coronavirus_no_paziente_1_oggi-5142300.html
    https://www.repubblica.it/cronaca/2020/02/22/news/il_contagiato-249206473/
    https://twitter.com/trvrb/status/1235105849841872897?ref_src=twsrc^tfw|twcamp^tweetembed|twterm^1235105849841872897&ref_url=https://www.ilpost.it/2020/03/06/coronavirus-paziente-1-tedesco-italia/
    https://www.agi.it/cronaca/news/2020-03-23/coronavirus-contagio-da-germania-e-cina-7742800/
    https://milano.repubblica.it/cronaca/2020/04/07/news/coronavirus_nata_figlia_mattia_paziente_uno_codogno-25341010.

    ude

    0 Komentar

    Tinggalkan Komentar


    Cancel reply

    0 Komentar


    Tidak ada komentar

    Berita Lainnya


    Daddy: Patahkan Mitos Gerindra Jabar Jadi Pemenang
    LKPJ Jabar 2023: Prestasi dan Masa Transisi
    Membangun Literasi bagi Gen Z
    Hejo Tapi Teu Ngejo
    • Hejo Tapi Teu Ngejo

      PROVINSI Jawa Barat memilik Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup. Perda tersebut didasari Undang-Undang Selengkapnya..

      • 19 Maret 2024
    Pemilu dan Pewarisan Budaya

    Editorial



      Klasemen Liga Dunia

      Tim M Point
      1. Liverpool 28 64
      2. Arsenal 28 64
      3. Manchester City 28 63
      4. Aston Villa 29 56
      Tampilkan Detail

      Klasemen Liga Indonesia

      Tim M Point
      1 Borneo FC 32 70
      2 Persib Bandung 32 59
      3 Bali United 32 55