free hit counter code Ini Dia Wilayah Dengan Frekuensi Bencana Hidrometeorologi Basah Tertinggi di Indonesia - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter

Hot News


Jabar Juara


Opini


  • RPJPD JABAR 2025-2045
    RPJPD JABAR 2025-2045

    RENCANA Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang.

    Ini Dia Wilayah Dengan Frekuensi Bencana Hidrometeorologi Basah Tertinggi di Indonesia
    (Foto: Ist) Bencana Hidrometeorologi basah menjadi ancaman di berbagai wilayah di Indonesia

    Ini Dia Wilayah Dengan Frekuensi Bencana Hidrometeorologi Basah Tertinggi di Indonesia

    • Selasa, 11 Oktober 2022 | 08:47:00 WIB
    • 0 Komentar

    Jakarta, Juaranews – Memasuki musim penghujan, bencana hidrometeorologi basah yang berupa banjir, tanah longsor dan cuaca ekstrem menjadi ancaman. Nyaris seluruh wilayah di Indonesia terkena dampaknya, bahkan beberapa wilayah terpantau memiliki frekuensi yang tinggi atas bencana ini.

    Sebagaimana diungkap Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada 2022 wilayah terdampak akibat bencana hidrometeorologi basah dengan frekuensi tinggi ini adalah Jabodetabek, terutama kabupaten Bogor. Hal tersebut dikemukakan oleh Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing Senin (10/10/2022), di Jakarta.

    "Kabupaten Bogor merupakan wilayah dengan frekuensi kejadian bencana hidrometeorologi paling tinggi di Indonesia, tidak hanya di Jabodetabek," jelas Abdul Muhari.

    Dalam kurun waktu 2021-2022, Abdul menguraikan, Kabupaten Bogor mencatat bencana banjir sebanyak 181 kejadian, dibandingkan Jakarta Timur sebanyak 75 kejadian, dan Jakarta Selatan 57 kejadian.

    Ia juga menilai bahwa frekuensi kejadian banjir di Kabupaten Bogor dikatakan luar biasa. Hal ini dikarenakan lebih dari dua kali lipat dibanding kabupaten/kota lainnya di Jabodetabek.

    "Ini menjadi perhatian kita untuk melihat kembali bagaimana bentang lahan kita saat ini, karena pastinya kalau kita berbicara hidrometeorologi basah tidak lepas dari daya dukung, daya tampung lingkungan," ujar Abdul.

    Sementara itu, secara historis korban jiwa akibat bencana hidrometeorologi basah di Jabodetabek pun tercatat paling tinggi. Pada tahun 2020, peristiwa bencana ini meimbulkan korban sebanyak 65 jiwa.

    "Eskalasi banjir sebenarnya tidak terlalu banyak cakupan wilayahnya, tetapi ketinggian air naik dengan cepat dan cukup signifikan sehingga banyak warga yang terjebak atau terkena sengatan listrik dan lain-lain," ujarnya.

    Aep

    0 Komentar

    Tinggalkan Komentar


    Cancel reply

    0 Komentar


    Tidak ada komentar

    Berita Lainnya


    Job Fair Diharapkan Bisa Turunkan Pengangguran
    Bey Machmudin: Hati-hati, Marak Investasi Bodong
    UPI Siap Jadi Agen Penggerak Pengelolaan Sampah
    Rutilahu Diharapkan Bisa Dikelola oleh Masyarakat
    Buruh Sosialisasikan Putusan MK soal UU Cipataker

    Editorial



      sponsored links