free hit counter code Kisah 2 Wanita Rajin Salat Justru Masuk Neraka - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter

Hot News


Jabar Juara


Opini


  • RPJPD JABAR 2025-2045
    RPJPD JABAR 2025-2045

    RENCANA Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang.

    Kisah 2 Wanita Rajin Salat Justru Masuk Neraka
    net Ilustrasi

    Kisah 2 Wanita Rajin Salat Justru Masuk Neraka

    • Senin, 20 Februari 2023 | 15:30:00 WIB
    • 0 Komentar

    JuaraNews Bandung - Cendekiawan Muslim, Prof Dr Nurcholish Madjid, MA (1939 – 2005) atau populer dipanggil Cak Nur mengingatkan sebuah hadis tentang kisah 2 orang wanita yang satu masuk neraka dan satunya lagi masuk surga. Anehnya, perempuan yang menerima siksa neraka tersebut justru yang rajin sholat , puasa dan zakat. Mengapa begitu?

     

    Dalam buku berjudul "Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah" saat membahas masalah simbol dan simbolisme dalam ekspresi keagamaan, Cak Nur menyebut hadis ini dari Abu Hurairah ra . Isi Hadis ini memberi peringatan keras kepada orang yang suka pamer kebajikan palsu dan kemunafikan dalam menekuni segi-segi forma keagamaan.

     

    Abu Hurairah meriwayatkan, seseorang datang kepada Nabi dan menceritakan tentang seorang wanita yang rajin mengerjakan salat, puasa dan zakat, tetapi lidahnya selalu menyakiti sanak keluarganya. Maka Nabi SAW bersabda, "Tempat dia di neraka!"

     

    Kemudian orang itu menceritakan tentang seorang wanita yang kedengarannya jelek, karena ia melalaikan sholat dan puasa, namun ia rajin memberi pertolongan kepada orang-orang sengsara, dan tidak pernah menyakiti hati sanak keluarganya. Maka Rasul SAW bersabda, "Tempat dia di surga."

     

    Selanjutnya Cak Nur juga mengutip pernyataan Prof A Mukti Ali. Menurutnya, mantan Menteri Agama ini pernah mengatakan bahwa orang-orang Muslim banyak yang lebih peka kepada masalah-masalah keagamaan daripada masalah-masalah sosial. Yang dimaksud ialah, banyak orang Islam yang lebih cepat bereaksi kepada gejala-gejala yang dinilai menyimpang dari ketentuan lahiriah keagamaan, seperti soal pakaian atau tingkah 'tidak sopan' dan 'tidak bermoral' tertentu, namun reaksi kepada masalah-masalah kepincangan sosial seperti kemiskinan dan kezaliman masih lemah.

     

    Cak Nur mengatakan maka Hadis di atas dapat dirujuk sebagai sebuah ilustrasi tentang apa yang dikatakan Prof Mukti Ali itu, dan di situ nampak bahwa Nabi SAW justru lebih peka pada masalah-masalah sosial yang lebih substantif daripada masalah-masalah formal keagamaan semata yang simbolik.

     

    Keluhuran Budi Cak Nur mengingatkan bahwa tujuan tugas suci atau risalah diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan berbagai keluhuran budi. Sabda nabi yang amat terkenal, "Innama bu'its-tu li-utammim-a makarim-a 'l-akhlaq-i. (Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan berbagai keluhuran budi)."

     

    "Sejalan dengan ini Nabi juga menggambarkan bahwa di antara semua kualitas manusia, tidak ada yang timbangan atau bobot nilai kebaikannya lebih erat daripada budi pekerti luhur," ujar Cak Nur. Rasulullah SAW bersabda: "ma min syay-in fi 'il-mizan-i atsqal-u min husn-i 'l-khulaq-i- ("Tiada sesuatu apapun yang dalam timbangan (nilainya) lebih berat daripada keluhuran budi").

     

    Lalu beliau gambarkan bahwa yang paling banyak menyebabkan manusia masuk surga ialah takwa kepada Allah dan keluhuran budi. Sebuah Hadits otentik, "Aktsar-u mayudkhil-u 'l-jannat-a taqwa 'l-Lah-i wa husn-u 'l-khuluq-i "Yang paling banyak memasukan orang ke dalam surga ialah takwa kepada Allah dan keluhuran budi".

     

    Penegasan-penegasan Nabi itu, ujar Cak Nur, merupakan kelanjutan dari ajaran al-Qur'an tentang apa yang dinamakan nilai kebajikan (al-birr atau 'amal shalih). Allah SWT menegaskan "Kamu sekalian tidak akan memperoleh kebajikan sebelum kamu mendermakan sebagian dari (harta) yang kamu cintai." [ QS Ali 'Imran 3 :93).

     

    Menurut Cak Nur, agama kita mengajarkan bahwa formalitas ritual belaka tidaklah cukup sebagai wujud keagamaan yang benar. Karena itu juga tidak pula segi-segi lahiriah itu akan mengantarkan kita menuju kebahagiaan, sebelum kita mengisinya dengan hal-hal yang lebih esensial. Justru sikap-sikap membatasi diri hanya kepada hal-hal ritualistik dan formal akan sama dengan peniadaan tujuan agama yang hakiki.

     

    Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Jum'at, 17 Februari 2023 - 16:14 WIB oleh Miftah H. Yusufpati dengan judul "Kisah 2 Perempuan, yang Masuk Neraka Justru yang Rajin Sholat". Untuk selengkapnya kunjungi:

    https://kalam.sindonews.com/read/1025511/70/kisah-2-perempuan-yang-masuk-neraka-justru-yang-rajin-sholat-1676624543.(*)

     

    Untuk membaca berita lebih mudah, nyaman, dan tanpa banyak iklan, silahkan download aplikasi SINDOnews.

    - Android: https://sin.do/u/android

    - iOS: https://sin.do/u/ios

    bas

    0 Komentar

    Tinggalkan Komentar


    Cancel reply

    0 Komentar


    Tidak ada komentar

    Berita Terkait


    Berita Lainnya


    Bey Machmudin: Hati-hati, Marak Investasi Bodong
    UPI Siap Jadi Agen Penggerak Pengelolaan Sampah
    Rutilahu Diharapkan Bisa Dikelola oleh Masyarakat
    Buruh Sosialisasikan Putusan MK soal UU Cipataker
    LPI Gelar Diskusi soal Politik Identitas

    Editorial



      sponsored links