free hit counter code Dokter Reisa: Dexamethasone Bukan Penangkal C0vid-19 - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter

Hot News


Jabar Juara


Opini


  • RPJPD JABAR 2025-2045
    RPJPD JABAR 2025-2045

    RENCANA Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang.

    Dokter Reisa: Dexamethasone Bukan Penangkal C0vid-19

    Dokter Reisa: Dexamethasone Bukan Penangkal C0vid-19

    JuaraNews.JAKARTA - Badan Kesehatan Dunia atau WHO beberapa waktu lalu telah mengeluarkan rilis yang merekomendasikan penggunaan obat Dexamethasone untuk penanganan covid-19, karena dinilai efektif dan bermanfaat pada kasus berat COVID-19. Tidak lama setelah rilis tersebut keluar, banyak yang kemudian mencari obat ini.

     

    Kendati direkomendasikan oleh WHO, faktanya obat tersebut bukan penangkal covid-19 dan hanya merupakan kombinasi obat-obatan.

     

    "Obat ini tidak memiliki khasiat pencegahan. Ini bukan penangkal covid-19, ini bukan vaksin," kata Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan CovidD-19, dr Reisa Broto Asmoro dalam keterangan resmi di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Jumat (19/6).

     

    Menurut dia, Dexamethasone merupakan obat golongan kortikosteroid. Dexamethasone bekerja dengan cara mengurangi peradangan dan menurunkan sistem kekebalan tubuh, sama seperti steroid yang dihasilkan oleh tubuh secara alami.

     

    Pada penggunaannya, lanjutnya, Dexamethasone yang telah digunakan untuk jangka panjang tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba. Dalam hal ini, menurut Reisa hanya dokter yang akan menurunkan dosis secara bertahap, sebelum menghentikan obat ini.

     

    "Penderita yang telah mengkonsumsi untuk jangka panjang, tidak boleh menghentikan konsumsi obat secara tiba-tiba, tanpa sepengetahuan dokter. Penggunaan untuk jangka panjang juga ada efek sampingnya," ujar dia.

    Reisa menambahkan, meski harganya terjangkau, penggunaan Dexamethasone wajib melalui konsultasi dokter, agar tidak menimbulkan efek samping dari obat tersebut.

     

    "Selalu konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum menggunakan obat ini, agar tidak terjadi efek samping. Terutama, bila memiliki alergi pada makanan, obat, maupun bahan lain yang terkandung didalamnya," kata Reisa.

     

    Ia menjelaskan, penggunaan obat tersebut tidak boleh sembarangan diberikan kepada siapa saja dan harus melihat faktor usia.

     

    "Karena dosis dan lama penggunaan Dexamethasone diberikan berdasarkan usia, kondisi, dan reaksi pasien terhadap obat," ujarnya pula.

     

    Penggunaan Dexamethasone Khusus Untuk Kasus Berat

    Terkait dengan rekomendasi WHO, obat Dexamethasone lebih dianjurkan untuk pasien yang terkonfirmasi dengan sakit berat, kritis, membutuhkan ventilator dan bantuan pernafasan.

     

    Rekomendasi tersebut juga, katanya mengingat bahwa obat itudapat mengurangi risiko kematian hingga 20-30 persen.

     

    "Obat ini dianjurkan karena akan mengurangi jumlah kematian sebesar 20 sampai 30% dari kasus-kasus tersebut," kata Reisa.

     

    Hal yang juga harus dipahami, ia sebut, bahwa obat itu tidak memiliki dampak atau bukan terapi untuk kasus-kasus konfirmasi yang sakit ringan atau tanpa gejala.

     

    Menurut dia, pemakaian obat-obat steroid untuk covid -19 hanya dibolehkan dalam pengawasan ahli, para dokter, dan dilakukan di sarana dengan fasilitas yang memadai yang siap untuk menangani efek samping yang dapat terjadi.

     

    Dalam hal ini, ia  juga mengatakan bahwa Badan Pengawasan Obat dan Makanan atau BPOM akan memantau peredaran Dexamethasone.

     

    "Meski kita telah mendengar beberapa berita baik kemajuan dunia kesehatan, baik dalam negeri, maupun dari luar negeri di internasional, WHO hingga saat ini belum menentukan obat atau regimen data kombinasi pengobatan yang tetap untuk perawatan pasien covidD-19," ujarnya.

    Oleh karena itu, masih menurut dia, hingga sejauh ini, WHO dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tetap menganjurkan  masyarakat dapat mengikuti selalu petunjuk dari dokter.

     

    "Tidak boleh mengobati diri sendiri, hindari penggunaan antibiotik dengan tidak tepat juga, karena dapat menyebabkan resistensi terhadap jenis antibiotik yang dikonsumsi tersebut, dan sekali lagi, belum ada pengobatan covid -19  sampai saat ini yang dapat mencegah," kata Reisa.

     

    Hingga saat ini, cara terbaik untuk memutus rantai penyebaran covid-19 adalah dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti menjaga jarak, memakai masker, cuci tangan dengan sabun dan air sesering mungkin dengan minimal 20 detik.

     

    "Semuanya itu tentunya akan lebih baik, karena mencegah lebih mudah, lebih baik, dan lebih murah, daripada mengobati," katanya.(*)

    Oleh: JuaraNews / ayi

    0 Komentar

    Tinggalkan Komentar


    Cancel reply

    0 Komentar


    Tidak ada komentar

    Berita Lainnya


    Demokrat Jabar Sosialisasikan Dedi-Erwan
    BPBD Turunkan Dua Tim Pusdalops ke Lokasi Banjir
    Job Fair Diharapkan Bisa Turunkan Pengangguran
    Bey Machmudin: Hati-hati, Marak Investasi Bodong
    UPI Siap Jadi Agen Penggerak Pengelolaan Sampah

    Editorial



      sponsored links