free hit counter code Menilik Gedung Sate Pernah Jadi Bangunan Tertinggi - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter

Hot News


Jabar Juara


Opini


  • RPJPD JABAR 2025-2045
    RPJPD JABAR 2025-2045

    RENCANA Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang.

    Menilik Gedung Sate Pernah Jadi Bangunan Tertinggi
    Gedung Sate

    Menilik Gedung Sate Pernah Jadi Bangunan Tertinggi

    • Sabtu, 3 Februari 2024 | 09:08:00 WIB
    • 0 Komentar

    JuaraNews Bandung - Bagi anda yang sudah pernah berkunjung ke Kota Bandung tentunya sudah tidak asing lagi dengan bangunan iconic satu ini, Gedung Sate. Gedung Sate adalah bangunan bersejarah yang menjadi ikon Kota Kembang. 

     

    Gedung yang memiliki 3 lantai ini dibangun pada tahun 1920-an oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai kantor Department Verkeer en Waterstaat (Departemen Pekerjaan Umum dan Pengairan). Setelah Indonesia merdeka, gedung ini beralih fungsi menjadi Kantor Gubernur Provinsi Jawa Barat hingga saat ini. 

     

    Bangunan ini memiliki ciri khas berupa ornamen tusuk sate pada bagian atasnya terdapat 6 ornamen jambu air yang melambangkan 6 juta Gulden, sehingga masyarakat menyebutnya "Gedung Sate". 

     

    Gedung Sate terletak di Jalan Diponegoro No.22, Citarum, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat, dan menjadi tujuan wisata favorit bagi banyak orang. Selain itu, Gedung Sate juga memiliki fungsi sebagai kantor Gubernur Jawa Barat dan menjadi ruang interaksi antara pemerintah dan masyarakat.

     

    Pada tanggal 27 Juli 1920, peletakan batu pertama pembangunan Gedung Sate dilakukan oleh Johanna Catherina Coops, putri sulung Walikota Bandung pada saat itu. Dibangunnya gedung sate di kawasan Bandung pada awalnya bertujuan untuk memindahkan ibukota kolonialnya dari Batavia ke Bandung. 

     

    Pihak Belanda merasa bahwa Bandung adalah tempat yang cocok dan strategis untuk tempat bermukim orang Eropa, udara yang sejuk dan dingin dengan keindahan alam di sekeliling Gedung Sate semakin meyakinkan orang Belanda untuk membangun sebuah gedung di Kota Kembang. 

     

    Lokasi Kota Bandung yang jauh dari laut juga menjadi salah satu alasan dari berdirinya Gedung Sate, dengan lokasi yang jauh dari laut, meminimalisir kemungkinan penyerangan melalui jalur laut.

     

    Pembangunan ini melibatkan kurang lebih 2000 masyarakat yang dibayar oleh Hindia Belanda, 150 diantaranya merupakan pemahat bongpay yang didatangkan langsung dari Cina dan sisanya merupakan para ahli yang sebelumnya menggarap gedong sirap atau sekarang lebih banyak dikenal sebagai ITB. 

     

    Pembangunan Gedung Sate rampung pada tahun 1924. Gedung Sate menggabungkan berbagai gaya arsitektur yang berbeda, seperti gaya Indonesia, Eropa, dan Timur Tengah, sehingga menciptakan kesan unik. Bangunan ini memiliki tiga menara dengan tinggi mencapai 30 meter. Sejumlah ahli arsitektur dan tokoh terkemuka, seperti Cor Pashier, Jan Wittenberg, dan Ir. H.P.Berlage, telah mengungkapkan kekagumannya terhadap keindahan arsitektur Gedung Sate. 

     

    Mereka menyebutkan bahwa gaya arsitektur Gedung Sate adalah hasil eksperimen sang arsitek yang berhasil memadukan gaya timur dan barat secara harmonis. Selain itu, Gedung Sate juga memiliki ruang-ruang besar yang mengingatkan pada gaya arsitektur Italia pada masa renaisans, terutama pada bangunan sayap timur. Dengan penggabungan beragam gaya arsitektur ini, Gedung Sate menjadi salah satu contoh penting dari keberagaman arsitektur yang ada di Indonesia. (*)

    bas

    0 Komentar

    Tinggalkan Komentar


    Cancel reply

    0 Komentar


    Tidak ada komentar

    Berita Lainnya


    Bey Machmudin: Hati-hati, Marak Investasi Bodong
    UPI Siap Jadi Agen Penggerak Pengelolaan Sampah
    Rutilahu Diharapkan Bisa Dikelola oleh Masyarakat
    Buruh Sosialisasikan Putusan MK soal UU Cipataker
    LPI Gelar Diskusi soal Politik Identitas

    Editorial



      sponsored links