free hit counter code MK Tolak Gugatan Batas Usia Capres dan Cawapres - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter
MK Tolak Gugatan Batas Usia Capres dan Cawapres

MK Tolak Gugatan Batas Usia Capres dan Cawapres

  • Senin, 16 Oktober 2023 | 15:50:00 WIB
  • 0 Komentar

JuaraNews Jakarta - Mahkamah Konstitusi (MK) menggelar sidang gugatan revisi batas usia capres dan cawapres di gedung MK, Jakarta Pusat, Senin, (16/10/2023).

 

Sidang dipimpin Ketua MK, Anwar Usman, dalam sidang tersebut MA menolak gugatan uji materi batas usia minimal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) dalam Pasal 169 huruf q Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.

 

Gugatan yang diajukan oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI)  dengan nomor perkara 29/PUU-XXI/2023 itu, meminta agar MK mengubah batas usia Capres dan Cawapres menjadi 35 tahun dari yang semula 40 tahun.

"Menolak permohonan pemohon untuk seluruhnya," ucap

 

Dalam konklusinya, Anwar mengatakan, Mahkamah berwenang mengadili permohonan a Quo. Para Pemohon memilki kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan a quo

 

"Pokok permohonan para Pemohon tidak beralasan menurut hukum untuk seluruhnya," ujarnya.

 

Dalam sidang pemeriksaan pendahuluan yang digelar di MK pada Senin (3/4/2023), para Pemohon melalui Francine Widjojo menyatakan batas minimal syarat umur untuk mencalonkan diri sebagai presiden dan wakil presiden pada norma tersebut dinyatakan jelas yakni 40 tahun.

 

Sementara para pemohon saat ini berusia 35 tahun, sehingga setidak-tidaknya batas usia minimal usia calon presiden dan wakil presiden dapat diatur 35 tahun dengan asumsi pemimpin-pemimpin muda tersebut telah memiliki bekal pengalaman untuk maju sebagai calon presiden dan wakil presiden.

 

Sehingga norma ini menurut para Pemohon bertentangan dengan moralitas dan rasionalitas karena menimbulkan bibit-bibit diskriminasi sebagaimana termuat dalam Pasal 28D ayat (3) UUD 1945.

 

“Padahal pada prinsipnya, negara memberikan kesempatan bagi putra putri bangsa untuk memimpin bangsa dan membuka seluas-luasnya agar calon terbaik bangsa dapat mencalonkan diri. Oleh karenanya objek permohonan adalah ketentuan yang diskriminatif karena melanggar moralitas. Ketika rakyat Indonesia dipaksa hanya memilih pemimpin yang sudah bisa memenuhi syarat diskriminatif, tentu ini menimbulkan ketidakadilan bagi rakyat Indonesia yang memilih maupun orang yang dipilih,” sebut Francine.

 

Untuk itu, para Pemohon meminta Mahkamah menerima dan mengabulkan permohonan para Pemohon untuk seluruhnya dan menyatakan materi Pasal 169 huruf q UU Pemilu bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai “berusia paling rendah 35 (tiga puluh lima) tahun.” (*)

bas

0 Komentar

Tinggalkan Komentar


Cancel reply

0 Komentar


Tidak ada komentar

Berita Lainnya


May Day, Bey Ajak Buruh Hadirkan Kegiatan Positif
Mahasiswa FIS Unpas Tuntas Magang Jurnalistik
Johan J Anwari Tinjau Sarana Prasarana SLB Cimerak
Bey Minta Masyarakat Kembali Sukseskan Pilkada
Dinkes Wanti-wanti Kesehatan Jemaah Haji

Editorial



    sponsored links