Oleh Imam Wahyudi *)
Suksesi kepemimpinan KONI Jabar, hendaknya tak dimaknai semata jabatan. Pemaknaan berorganisasi jauh lebih memadai.
Tupoksi KONI dengan kompleksitas masalah, butuh figur mumpuni. Sudah cukup teruji dan unjuk sinyal mampu berprestasi. Tak melulu ambisi, apalagi orientasi kepentingan kroni.
KONI Jabar sebagai lembaga nonstruktural Pemprov Jabar, mengemban tugas dan tanggungjawab besar. Spesifik bagi kelangsungan pembinaan olahraga prestasi dan prestasi olahraga di tatar Parahyangan. Tak kecuali tanggungjawab anggaran biaya yang bersumber dari rakyat lewat APBD.
Karenanya, pendekatan saling mengakomodasi lebih presisi dalam membangun KONI Jabar ke depan. Bukan pendekatan "the winner takes all". Hal yang berpotensi "jebakan Batman". Berbarengan dalam semangat "sauyunan" lebih berorientasi capaian prestasi. Terlebih, bila takarannya pada posisi Jabar hari ini. Predikat jawara "multi event" olahraga nasional.
Dukungan terhadap kandidat lewat "surduk" hanya mengarah pada tabungan suara. Betapa pun sebagai prasyarat, belum cukup memadai sebagai jawaban akan tantangan masa depan. Apalagi kecenderungan klaim yang mendadak abai sikap bersahaja. Bahkan dengan model "paket" yang mendahului hasil akhir.
Trio kandidat Daud Ahmad, Budiana dan Arief Prayitno -- hendaknya dimaknai sebagai kelanjutan eksistensi KONI Jabar. Musorprov harus bersandar pada musyawarah dalam arti sesungguhnya. Bukan melulu sesi kompetisi.
Semangat akomodasi lebih menyejukkan. Tanpa itu, kelak butuh waktu untuk kembali konsolidasi. Selebihnya, KONI Jabar sebagai mitra Pemprov Jabar. KONI Jabar wajib memberikan masukan tentang kebijakan sistem kelola, pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi lingkup regional. Bahwa mengait alokasi anggaran cukup besar, bukanlah arah tujuan suksesi. *
*) jurnalis senior di bandung
ude
0 Komentar