Wiji Thukul: Penyair Perlawanan yang Hilang

Wiji Thukul lahir dengan nama asli Widji Widodo pada 26 Agustus 1963 di Surakarta, Jawa Tengah sebagai aktivis.
Aktivis dan penyair pembela kaum tertindas. Wiji Thukul (foto/FB @Puisi Lentera Merah)

JuaraNews, BandungWiji Thukul lahir dengan nama asli Widji Widodo pada 26 Agustus 1963 di Surakarta, Jawa Tengah sebagai aktivis.

Wiji Thukul salah satu sosok penting dalam sejarah pergerakan demokrasi di Indonesia, pada era Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden ke dua Soeharto.

Wiji terkenal sebagai penyair rakyat yang lantang, suaranya menggema menyuarakan ketidakadilan dan penindasan membela kaum yang tertindas.

Baca Juga: Chrisye: Ikon Budaya dan Legenda Musik Indonesia

Nama Wiji Thukul pemberian Cempe Lawu Warta, adalah anggota Bengkel Teater asuhan WS. Rendra. Ia memberikan nama Thukul yang berarti tumbuh, dalam bahasa Jawa. Sehingga Wiji Thukul berarti “biji yang tumbuh”.

Kehidupan Awal dan Karya

Wiji Thukul berasal dari keluarga kelas pekerja. Sejak muda, ia telah menunjukkan ketertarikannya pada dunia seni, terutama teater dan puisi.

Puisi Thukul tak hanya indah secara estetika, tetapi juga sarat kritik sosial. Dalam penggunaan bahasanya pun lugas dan mudah untuk rakyat biasa memahaminya, membuat puisinya menyentuh dan menggerakkan massa.

Baca Juga: Kolaborasi Seskoad dan Pemkot Bandung Wujudkan Zona Bebas Sampah

Aktivisme dan Perlawanan

Selain menulis puisi, Thukul juga aktif dalam organisasi rakyat dan buruh. Ia terlibat dalam organisasi Partai Rakyat Demokratik (PRD).

Adanya organisasi itu, pemerintah di era Orde Baru menganggap sebagai ancaman. Karena keberaniannya, ia beberapa kali mengalami intimidasi, pengawasan, dan tekanan dari aparat.

Pada Mei 1998, saat Indonesia terkena krisis politik dan ekonomi, Wiji Thukul menjadi salah satu dari puluhan aktivis yang hilang secara misterius. Ia di duga menjadi korban penghilangan paksa oleh militer.

Baca Juga: Soroti Kasus Pasien BPJS Meninggal, Gubernur KDM Bakal Lakukan Investigasi

Warisan dan Pengaruh

Meski keberadaannya belum pernah di temukan hingga hari ini, semangat perjuangan Wiji Thukul terus hidup dalam karya-karyanya.

Salah satu puisi Wiji Thukul yang sangat fenomenal dan selalu di gaungkan sampai saat ini, yakni:

“Apabila usul ditolak tanpa ditimbang,  suara dibungkam tanpa alasan, dituduh subversif dan mengganggu keamanan, maka hanya ada satu kata” Lawan!

Baca Juga: Bandara Husein Sastranegara Layani Penerbangan Bandung-Yogyakarta

Thukul bukan hanya seorang penyair, tetapi juga pejuang keadilan. Ia menunjukkan bahwa kata-kata bisa menjadi senjata perlawanan, dan bahwa kesunyian bukanlah pilihan ketika ketidakadilan terjadi. (dsp)