free hit counter code Becak: Lika liku Hiburan dan Perjuangan Rakyat Kecil - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter

Hot News


Opini


  • RPJPD JABAR 2025-2045
    RPJPD JABAR 2025-2045

    RENCANA Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang.

    Becak: Lika liku Hiburan dan Perjuangan Rakyat Kecil
    (Foto: ist)

    Becak: Lika liku Hiburan dan Perjuangan Rakyat Kecil

    • Jumat, 30 September 2022 | 16:34:00 WIB
    • 0 Komentar

    Bandung, Juaranews - BECAK, bukti dari sejarah kelam kendaraan tradisional yang menjadi mata pencaharian rakyat dan hiburan tetapi dikambinghitamkan demi keuntungan pihak tertentu di Indonesia. Becak adalah angkutan umum yang menjadi opsi andalan moda transportasi dari zaman kolonial sampai sekarang.

    Seperti dilansir dari tirto.id, becak pertama kali muncul pada tahun 1869. John King Fairbank dalam East Asia: Tradition & Transformation (1989) menuturkan, “sebuah campuran aneh Timur dan Barat adalah becak, yang ditemukan di Jepang pada 1869,”

    Pada awalnya, becak dikenal menggunakan dua roda, dan berkembang menjadi tiga roda sampai saat ini, dan sudah banyak variasi dan perkembangan terkait dengan bentuk desain dari becak.

    Selain sebagai mata pencaharian, becak juga banyak ditempatkan sebagai hiburan, seperti perayaan balap becak, atraksi becak, adu ketangkasan becak, yang masih sering terlihat di pelosok kota-kota besar.

    Sejarah
    Istilah becak di Indonesia, menurut Erwiza Erman dalam Dekolonisasi Buruh Kota dan Pembentukan Bangsa (2013: 388), berasal dari kata be dan chia (Tionghoa), yang artinya kendaraan.

    Becak menjadi mata pencaharian di Indonesia di latar belakangi oleh Depresi Ekonomi Dunia menghebat di era 1930-an yang menyebabkan tingginya angka pengangguran karena perusahaan kena imbasnya, banyak orang jadi tukang becak.

    Awalnya pemerintah kolonial Belanda merasa senang dengan adanya transportasi baru ini. Namun seiring berjalannya waktu, perkembangan pengguna becak pun tidak bisa dikendalikan. Pemerintahan Belanda pun mulai membredel keberadaan angkutan ini, karena alasan kemacetan. Padahal tidak hanya becak saja yang menyebebkan kemacetan, sebenarnya pun kendaraan-kendaraan bermotor lain juga berdampak pada kemacetan.

    Tetapi hal tersebut tidak menyurutkan perkembangan becak sama sekali, justru penggunaan becak meningkat pesat di zaman penjajahan Jepang, bahkan membludak di era pasca perang sampai ke pelosok-pelosok seluruh Indonesia sampai sekarang.

    Kambing Hitam
    Keberadaan becak di Indonesia, seiring perkembangan zaman, semakin dibredel di beberapa kota besar, tidak terkecuali di Bandung. Dishub Kota Bandung telah menerapkan beberapa kawasan yang dilarang dilalui penarik becak, yakni Alun-alun Bandung, Jalan Dewi Sartika, Jalan Dalem Kaum, Jalan Asia Afrika, dan Jalan Kepatihan. Jika melanggar akan dikenakan denda sebesar Rp.250.000,00. Sanksi juga berlaku bagi penarik becak dan penumpang.

    Tetapi, aturan-aturan itu tidak membuat semangat tukang becak kendur sama sekali. Tidak sedikit kasus pelanggaran yang dilakukan secara berulang-ulang tukang becak di kota besar Indonesia demi mencari nafkah.

    Tidak ada alasan yang bisa diterima oleh masyarakat, khususnya para pengayuh yang menggantungkan hidupnya di profesi ini. Jika mengacu pada kemacetan, justru kendaraan-kendaraan bermobil yang menimbulkan kemacetan, tidak juga menimbulkan polusi alias ramah lingkungan, jika berbicara tentang keselamatan pun, becak bisa dibilang relatif aman karena kecepatannya yang pelan.

    Semoga perangkat yang bersangkutan bisa mencari solusi yang tidak memberatkan hanya kepada satu pihak, semoga bisa adil kepada semua rakyat.

    ude

    0 Komentar

    Tinggalkan Komentar


    Cancel reply

    0 Komentar


    Tidak ada komentar

    Berita Lainnya


    Suhu Dingin, Waspadai Penyakit ISPA dan Flu
    Inilah Beberapa Daerah Bersuhu Dingin di Indonesia
    Misteri Penghuni Jin Kota Gaib Padang 12 Kalbar
    iBooming, Solusi Sukses Afiliasi di TikTok
    Sesar Lembang, Pahami Patahan di Tanah Parahyangan


    sponsored links