free hit counter code Karinding: Tradisi Budaya Karuhun, Filosofi Kehidupan, Ketuhanan dan Lingkungan - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter

Hot News


Opini


  • RPJPD JABAR 2025-2045
    RPJPD JABAR 2025-2045

    RENCANA Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang.

    Karinding: Tradisi Budaya Karuhun, Filosofi Kehidupan, Ketuhanan dan Lingkungan
    (Foto: ist) Karinding Attack

    Karinding: Tradisi Budaya Karuhun, Filosofi Kehidupan, Ketuhanan dan Lingkungan

    • Jumat, 30 September 2022 | 16:09:00 WIB
    • 0 Komentar

    Bandung, Juaranews - FILOSOFI dan budaya sejatinya adalah sesuatu yang saling keterkaitan, tidak dapat dipisahkan. Tidak terkecuali pada salah satu budaya musik tradisional yang ada di Jawa Barat, Karinding.

    Dikutip dari Wikipedia.com, Menurut bahasa sunda, Karinding terdiri dari kata “Ka Ra Da Hyang” yang artinya dengan diiringi oleh doa sang Maha Kuasa. Atau ada juga yang mengartikan Ka=sumber dan Rinding= bunyi artinya sumber bunyi.

    Karinding adalah alat musik terbuat dari bambu atau pelepah aren. Dimainkan dengan cara ditepuk bagian ujungnya oleh ujung jari sambil ditempelkan di bibir.

    Konon, karinding merupakan salah satu alat yang telah digunakan karuhun 'nenek moyang' sejak sebelum ditemukannya alat musik tradisional kacapi . Usia kacapi sendiri sudah mencapai lebih dari 500 tahun yang lalu. Jadi, usia alat musik tradisional karinding sudah lebih tua dari 600 tahun

    Pada umumnya, bentuk karinding cukup kecil. Hanya memiliki 10 cm dan lebar 2cm. Ukuran berbeda berpengaruh terhadap suara. Cara menepuknya pun dapat memengaruhi suara yang dihasilkan. Tetapi bisa disesuaikan dengan pemakaian dan kebutuhan.

    Awalnya, Karinding digunakan oleh para petani untuk mengusir hama serangga atau burung di sawah. Suara yang dihasilkan oleh Karinding ini adalah suara yang desibelnya kecil atau Ultrasonik yang hanya dapat didengar oleh hama serangga untuk mengusir.

    Dikutip dari Ayobandung.com, Menurut penuturan Iman Rahman Anggawiria Kusumah (40) atau yang lebih akrab disapa Kang Kimung, Karinding diciptakan untuk menjadi pedoman pengelolaan alam dan lingkungan hidup.

    Kang Kimung menjelaskan bahwa filosofi karinding bisa dilihat dari banyak aspek. Salah satunya adalah karinding dimainkan dengan cara ditabeuh (dipukul) artinya orang sunda percaya semesta ini terbentuk dari dentuman besar.

    Dilansir dari kemenag.go.id, Karinding mempunyai filosofi yang dalam. Bagian itu dianalogikan ke dalam ”yakin, sadar, dan sabar.”
    1. Pada bagian pancepengan adalah “yakin.” Yakin bahwa setiap orang bisa memainkannya
    2. Pada bagian cecet ucing adalah”sadar.” Bahwasanya suara yang keluar adalah suara yang keluar bukan suara diri namun suara alam semesta.
    3. Pada bagian ujung (paneunggeul) “sabar” dalam memainkannya.

    Bagi masyarakat Sunda, Karinding bukan sekedar alat musik karawitan semata. Lebih dari itu, Karinding adalah ajaran tradisi dari leluhur atau nenek moyang yang harus dijaga dan dilestarikan.

    Karinding sampai sekarang berkembang sampai menjadi salah satu alat musik tradisional yang dilestarikan dan bahkan sudah mendunia.

    Salah satu seniman sunda yang cukup gencar dan dikenal oleh Masyarakat indonesia bahkan mancanegara adalah Grup band asal bandung yaitu, Karinding Attack. [jt]

    ude

    0 Komentar

    Tinggalkan Komentar


    Cancel reply

    0 Komentar


    Tidak ada komentar

    Berita Lainnya


    Suhu Dingin, Waspadai Penyakit ISPA dan Flu
    Inilah Beberapa Daerah Bersuhu Dingin di Indonesia
    Misteri Penghuni Jin Kota Gaib Padang 12 Kalbar
    iBooming, Solusi Sukses Afiliasi di TikTok
    Sesar Lembang, Pahami Patahan di Tanah Parahyangan


    sponsored links