free hit counter code Hikmah Pandemi Covid 19, Siklus Cuaca Kembali Normal - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter

Hot News


Opini


    Hikmah Pandemi Covid 19,  Siklus Cuaca Kembali Normal

    Hikmah Pandemi Covid 19, Siklus Cuaca Kembali Normal

    • Sabtu, 15 Agustus 2020 | 05:50:00 WIB
    • 0 Komentar

     

     

    SAYA teringat ketika masih sekolah di SD dulu. Dalam pelajaran IPA di sekolah dan dalam dunia nyata, kita mengenal bahwa Indonesia memiliki dua musim; musim kemarau dan musim hujan.

     

    Dan dua musim itu dengan mudah dikenali. Musim hujan terjadi pada medio September sampai April, dan musim kemarau terjadi pada April-September. Untuk menghapalnya waktu itu pun mudah. Jika di masa bulan yang ujungnya ‘ber’, misalnya September atau Oktober, itu adalah musim hujan.

     

    Dan pada masa itu curah hujan sedang tinggi-tingginya. Petani menggunakan kurun waktu tersebut untuk bercocok tanam. Diatur jadwal tanam dan agenda pekerjaan tanamnya. Sampai akhirnya bisa memanen dengan melimah. Di akhir musim hujan, disiapkan pula tanaman lain yang agar tidak sampai kekeringan. Ini terutama bagi petani yang menanam lahan tadah hujan.

     

    Bagaimana sekarang? Sering kita menemui tanaman, khususnya pagi, yang mengalami kekeringan dan puso. Tanaman sedang tumbuh-tumbuhnya, sedang hijau-hijaunya, tetapi tanahnya kering. Tak ada air yang mengalir ke sawah. Tak ada air irigasi, tak ada pula air hujan.

     

    Sawah semacam ini benar-benar mengandalkan air hujan. Saat puncak musim hujan air melimpah. Sebaliknya saat musim hujan berakhir, air sama sekali tak pernah datang. Ironisnya ini terjadi di bulan September atau Oktober, saat puncak musim hujan tadi.

     

    Pergantian musim juga tidak jelas kapan terjadi. Kemarau malah lebih panjang, melampaui bulan September atau Oktober. Dan Nopember atau Desember baru mulai musim hujan.

     

    Perubahan cuaca yang tak menentu ini, telah menjadi pembicaraan masyarakat, khususnya petani. Cuaca yang terjadi banyak menganggu pikiran dan pekerjaan para petani.

     Hikmah Pandemi Covid 19,  Siklus Cuaca Kembali Normal

     

    Hikmah Covid-19

    Sejak Maret 2020, bangsa kita menghadapi pandemi Covid-19. Tidak hanya bangsa Indonesia, hampir seluruh negara menghadapi masalah virus ini. Ada yang mengatakan, Covid-19 ini sedang membersihkan alam semesta dari segala polutan-polutan yang mungkin merugikan umat manusia.

     

    Mungkin ada benarnya. Negara-negara di dunia memberlakukan lockdown, memberlakukan stay at home atau di rumah saja, dan menghentikan aktivitas. Meski hal ini banyak diprotes karena berdampak pada ekonomi, tetapi saat Jakarta melakukan lockdown atau PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), kota ini menjadi bebas dari asap kendaraan. Begitu pun kota-kota lain, bahkan kota-kota besar di dunia.

     

    Ini barangkali yang dimaksud corona atau Covid-19 disebut membersihkan dunia ini. Tak hanya dunia transportasi, pabrik-pabrik pun banyak yang menghentikan produksinya karena dampak dari covid-19 ini. Panas dari bumi menjadi semakin berkurang dan udara pun menjadi lebih bersih.

     

    Yang menarik untuk dicermati, hikmah dari Covid-19 ini seolah-olah kita mencatat, cuaca seperti kembali pada siklus cuaca yang terjadi pada zaman sekolah dulu tahun 70-80 an. Ketika turun hujan akhir-akhir ini, kita sempat kaget dan bertanya apakah benar ini sudah mau memasuki musim hujan?

     

    Padahal musim kemarau dicatat belum lama dimulai. Atau hujan yang turun mengejutkan karena terjadi di musim kemarau.

     

    Mudah-mudahan ini hikmah dari Covid-19; pergantian musim hujan kembali kepada siklus normal. Mungkin ini perlu dibuktikan secara ilmiah. Tetapi harus diakui, hujan yang terjadi akhir-akhir ini banyak disyukuri. Menyegarkan orang-orang yang tengah mengalami kepanasan. Apalagi dengan cuaca yang redup, dingin, dan menyejukan.

     

    Kita bersyukur. Alhamdulillah. Jika musim hujan ini kembali kepada siklus yang normal seperti yang terjadi sebelumnya,

     

    Sejak awal 2000 siklus cuaca di negara kita tidak bisa diprediksi dengan tepat, bahkan oleh BMKG sekalipun. Terjadang musim hujan melebihi siklus bulanan, dan musim kemarau terlalu lama.

     

    Hal ini pernah diganggu juga dengan kehadirannya sang gelombang Elnino dan lainnya, yang begitu memperparah masa panen petani. Ketidakberaturan cuaca seperti itu melahirkan berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah, perguruan tinggi, dan swasta untuk memodifikasi atau menyesuaikan siklus cuaca terhadap pola tanam dan teknologi pengolahan lahan. Bahkan, rekayasa teknologi benih/bibit agar bisa mengimbangi kebutuhan pangan di Indonesia dilakukan.

     

    Kita sambut musim penghujan yang lebih awal dengan tanam tanaman produktif. Selamat bercocok tanam. Selamat buat petani Jawa Barat. Dibalik musibah selalu ada Hikmah. (Asep Suparman)

    ude

    0 Komentar

    Tinggalkan Komentar


    Cancel reply

    0 Komentar


    Tidak ada komentar

    Berita Terkait


    Berita Lainnya


    Daddy: Patahkan Mitos Gerindra Jabar Jadi Pemenang
    LKPJ Jabar 2023: Prestasi dan Masa Transisi
    Membangun Literasi bagi Gen Z
    Hejo Tapi Teu Ngejo
    • Hejo Tapi Teu Ngejo

      PROVINSI Jawa Barat memilik Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup. Perda tersebut didasari Undang-Undang Selengkapnya..

      • 19 Maret 2024
    Pemilu dan Pewarisan Budaya

    Editorial



      Klasemen Liga Dunia

      Tim M Point
      1. Liverpool 28 64
      2. Arsenal 28 64
      3. Manchester City 28 63
      4. Aston Villa 29 56
      Tampilkan Detail

      Klasemen Liga Indonesia

      Tim M Point
      1 Borneo FC 31 70
      2 Persib Bandung 31 56
      3 Bali United 31 52