Bey Machmudin: Hati-hati, Marak Investasi Bodong
- 21 November 2024 | 17:07:00 WIB
PJ Gubernur Jabar Bey Machmudin mengimbau masyarakat agar selalu hati-hati dan mewaspadai investasi bodong.
PJ Gubernur Jabar Bey Machmudin mengimbau masyarakat agar selalu hati-hati dan mewaspadai investasi bodong.
RENCANA Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang.
SAYA teringat ketika masih sekolah di SD dulu. Dalam pelajaran IPA di sekolah dan dalam dunia nyata, kita mengenal bahwa Indonesia memiliki dua musim; musim kemarau dan musim hujan.
Dan dua musim itu dengan mudah dikenali. Musim hujan terjadi pada medio September sampai April, dan musim kemarau terjadi pada April-September. Untuk menghapalnya waktu itu pun mudah. Jika di masa bulan yang ujungnya ‘ber’, misalnya September atau Oktober, itu adalah musim hujan.
Dan pada masa itu curah hujan sedang tinggi-tingginya. Petani menggunakan kurun waktu tersebut untuk bercocok tanam. Diatur jadwal tanam dan agenda pekerjaan tanamnya. Sampai akhirnya bisa memanen dengan melimah. Di akhir musim hujan, disiapkan pula tanaman lain yang agar tidak sampai kekeringan. Ini terutama bagi petani yang menanam lahan tadah hujan.
Bagaimana sekarang? Sering kita menemui tanaman, khususnya pagi, yang mengalami kekeringan dan puso. Tanaman sedang tumbuh-tumbuhnya, sedang hijau-hijaunya, tetapi tanahnya kering. Tak ada air yang mengalir ke sawah. Tak ada air irigasi, tak ada pula air hujan.
Sawah semacam ini benar-benar mengandalkan air hujan. Saat puncak musim hujan air melimpah. Sebaliknya saat musim hujan berakhir, air sama sekali tak pernah datang. Ironisnya ini terjadi di bulan September atau Oktober, saat puncak musim hujan tadi.
Pergantian musim juga tidak jelas kapan terjadi. Kemarau malah lebih panjang, melampaui bulan September atau Oktober. Dan Nopember atau Desember baru mulai musim hujan.
Perubahan cuaca yang tak menentu ini, telah menjadi pembicaraan masyarakat, khususnya petani. Cuaca yang terjadi banyak menganggu pikiran dan pekerjaan para petani.
Hikmah Covid-19
Sejak Maret 2020, bangsa kita menghadapi pandemi Covid-19. Tidak hanya bangsa Indonesia, hampir seluruh negara menghadapi masalah virus ini. Ada yang mengatakan, Covid-19 ini sedang membersihkan alam semesta dari segala polutan-polutan yang mungkin merugikan umat manusia.
Mungkin ada benarnya. Negara-negara di dunia memberlakukan lockdown, memberlakukan stay at home atau di rumah saja, dan menghentikan aktivitas. Meski hal ini banyak diprotes karena berdampak pada ekonomi, tetapi saat Jakarta melakukan lockdown atau PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), kota ini menjadi bebas dari asap kendaraan. Begitu pun kota-kota lain, bahkan kota-kota besar di dunia.
Ini barangkali yang dimaksud corona atau Covid-19 disebut membersihkan dunia ini. Tak hanya dunia transportasi, pabrik-pabrik pun banyak yang menghentikan produksinya karena dampak dari covid-19 ini. Panas dari bumi menjadi semakin berkurang dan udara pun menjadi lebih bersih.
Yang menarik untuk dicermati, hikmah dari Covid-19 ini seolah-olah kita mencatat, cuaca seperti kembali pada siklus cuaca yang terjadi pada zaman sekolah dulu tahun 70-80 an. Ketika turun hujan akhir-akhir ini, kita sempat kaget dan bertanya apakah benar ini sudah mau memasuki musim hujan?
Padahal musim kemarau dicatat belum lama dimulai. Atau hujan yang turun mengejutkan karena terjadi di musim kemarau.
Mudah-mudahan ini hikmah dari Covid-19; pergantian musim hujan kembali kepada siklus normal. Mungkin ini perlu dibuktikan secara ilmiah. Tetapi harus diakui, hujan yang terjadi akhir-akhir ini banyak disyukuri. Menyegarkan orang-orang yang tengah mengalami kepanasan. Apalagi dengan cuaca yang redup, dingin, dan menyejukan.
Kita bersyukur. Alhamdulillah. Jika musim hujan ini kembali kepada siklus yang normal seperti yang terjadi sebelumnya,
Sejak awal 2000 siklus cuaca di negara kita tidak bisa diprediksi dengan tepat, bahkan oleh BMKG sekalipun. Terjadang musim hujan melebihi siklus bulanan, dan musim kemarau terlalu lama.
Hal ini pernah diganggu juga dengan kehadirannya sang gelombang Elnino dan lainnya, yang begitu memperparah masa panen petani. Ketidakberaturan cuaca seperti itu melahirkan berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah, perguruan tinggi, dan swasta untuk memodifikasi atau menyesuaikan siklus cuaca terhadap pola tanam dan teknologi pengolahan lahan. Bahkan, rekayasa teknologi benih/bibit agar bisa mengimbangi kebutuhan pangan di Indonesia dilakukan.
Kita sambut musim penghujan yang lebih awal dengan tanam tanaman produktif. Selamat bercocok tanam. Selamat buat petani Jawa Barat. Dibalik musibah selalu ada Hikmah. (Asep Suparman)
ude
0 KomentarRENCANA Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka Selengkapnya..
SETELAH letih bergelut dengan hitungan jarak, zonasi, prestasi dan bertarung merebut bangku sekolah, orang tua siswa kini sudah boleh menghirup nafas Selengkapnya..
JIKA ada orang yang mengatakan bahwa keajaiban dunia hanya 7, orang itu telah melakukan kebohongan publik. Bantah dia dengan menceritakan beberapa Selengkapnya..
PEMILIHAN Umum Legislatif (Pileg) 2024 di Provinsi Jawa Barat (Jabar) telah menghasilkan sejarah Selengkapnya..
PJ Gubernur Jabar Bey Machmudin melanjutkan pelaksanaan APBD Jabar Tahun 2023 dengan ekstra Selengkapnya..
MAJU kena mundur kena. Peribahasa itu tepat menggambarkan kondisi saat ini, terkait penanggulangan Covid-19.
Tim | M | Point | ||
---|---|---|---|---|
1. | Liverpool | 7 | 18 | |
2. | Manchester City | 7 | 17 | |
3. | Arsenal | 7 | 17 | |
4. | Chelsea | 7 | 14 | |
Tampilkan Detail |
Tim | M | Point | ||
---|---|---|---|---|
1 | Borneo FC | 10 | 21 | |
2 | Persebaya Surabaya | 10 | 21 | |
3 | Persib Bandung | 10 | 20 |