free hit counter code Kusni Kasdut, Mantan Pejuang yang jadi Perampok - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter

Hot News


Opini


    Kusni Kasdut, Mantan Pejuang yang jadi Perampok
    Kusni Kasdut

    Kusni Kasdut, Mantan Pejuang yang jadi Perampok

    • Minggu, 12 November 2023 | 11:33:00 WIB
    • 0 Komentar

    JuaraNews, Bandung - Kusni Kasdut adalah seorang perampok. Dia ditangkap dan diadili sebagai seorang perampok, dan mati sebagai perampok.

     

    Tapi dia juga pernah menjadi pejuang, pernah bertempur demi negara, menyabung nyawa demi negara walau akhirnya ditolak dan diabaikan negara.

     

    Pahlawan dan penjahat seperti dua sisi dalam sekeping uang logam, bergantung dari sisi mana kita memandangnya. Sejarah masa lalu bukan jaminan akhir cerita. Seorang perampok hari ini bisa jadi pahlawan di masa depan, seorang pahlawan di hari ini mungkin saja jadi perampok di masa depan. Kadang dalam kehidupan akhir cerita bukan milik kita.

     

    Ini adalah cerita tentang seorang bernama Kusni Kasdut, 'Bung kancil' demikian ia biasa dipanggil karena gesit dan cerdik, adalah nama lain dari dirinya. Bung Kancil adalah seorang mantan pejuang kemerdekaan. ia mengikuti pertempuran hampir di semua front di Surabaya.

     

    Dari pertempuran 10 November hingga Blitar di pertengahan 1949. Episode pahit dalam kehidupan sang mantan pejuang justru dimulai ketika perjuangan telah mencapai tujuannya. Begitu perang selesai, kabinet Hatta mengeluarkan kebijakan politik Rera, reorganisasi dan rasionalisasi di tubuh militer Indonesia.

     

    Tentara yang ada di TNI ditata ulang mereka yang sebelumnya tergabung dalam laskar-laskar diseleksi. Brigade Teratai tempat Kusni Kasdut bernaung dalam perjuangan kemerdekaan, ternyata tidak masuk daftar. Kusni Kasdut tidak lolos seleksi, yang didapatkannya hanya selembar surat pernyataan bekas pejuang dari negara.

     

    Negara hanya mengakuinya sebagai bekas pejuang. Kusni juga mendapat sedikit uang pemulihan, namun ia dinyatakan bukan tentara. Kusni merasa menjadi korban kebijakan demobilisasi, hatinya panas dan ia mengutuk dirinya sendiri.

     

    Selembar surat pernyataan bekas pejuang itu tidak banyak membantu hidupnya. Surat itu tidak berguna ketika anak istrinya butuh makan. Surat tersebut tidak berguna saat Kusni Kasdut mondar-mandir mencari lowongan kerja di Surabaya, Malang, dan Jakarta yang ia datangi untuk mendapat pekerjaan yang pantas. Termasuk orang-orang yang dikenalnya di masa revolusi fisik ia temui semua tidak memberikan kesempatan untuknya.

     

    Di sisi lain, Kusni melihat negara yang kemerdekaannya pernah dia perjuangkan dikuasai orang-orang yang tidak ia kena. Orang-oarang kaya dan para politisi yang keluar-masuk hotel mewah, sementara di jalan-jalan pemandangan kemiskinan rakyat semakin terlihat jelas.

     

    Kusni memutuskan mengambil tempat yang berseberangan dengan negara. Dia butuh hidup dan menghidupi keluarganya, menjadi perampok adalah hal yang diketahuinya dari revolusi di Brigade Teratai tempatnya dulu bergabung. Dia mencari dana perjuangan dengan cara merampok, hasilnya digunakan untuk membiayai pasukan dan sebagian dibagikan untuk rakyat yang sedang kesusahan.

     

    Kusni di kelompoknya memakai nama Kasdut. Kusni merampok museum Gajah dan menggasak sejumlah perhiasan kuno. Kusni Kasdut kemudian ditangkap di Semarang. Sebelumnya di Surabaya, dia menculik seorang dokter Tionghoa kaya dengan meminta uang tebusan.

     

    Saat diintrogasi di kantor polisi Semarang, Kusni mencoba kabur, dan dalam baku tembak salah seorang polisi tewas tertembus pelurunya. Ia tertangkap dan dipenjara namun berhasil meloloskan diri dengan merusak tembok penjara.

     

    Bersama kelompoknya, Kusni beraksi lagi di dalam Jeep Land Rover saat hendak menculik seorang pengusaha miliarder keturunan Arab di Jakarta. Sang korban yang melawan tanpa sengaja tertembak dan mati.

     

    Kusni yang bersembunyi di sebuah rumah kontrakan di Yogyakarta diringkus di depan istri dan anaknya. Setelah itu hidupnya menjadi berubah. Kabur dari satu penjara ke penjara lainnya. Penjara Semarang, Kalisosok, Surabaya, dan Cipinang Jakarta semuanya pernah ia tembus. Untuk membersihkan namanya, Kusni sempat menyusup ke kapal laut yang hendak berlayar dari Tanjung Perak Surabaya menuju Manado.

     

    “Apakah sesungguhnya yang ku kejar selama ini, harta telah kuserahkan di Madiun 7 kilo mas berlian. Uang telah kuhamburkan di Surabaya dan telah sia-sia kehormatan. Peluru di kakiku adalah medali yang tak bisa dicabut kekuasaan. Untuk apa semua ini,” teriak batin Kusni.

     

    Revolusi lah yang mengajarnya merampok. Kusni sempat bertanya-tanya, apa bedanya merampok di gorang-gareng Madiun dengan museum Negara. Apa bedanya merampok keluarga Tionghoa, keluarga Indonesia, dan merampok museum milik rakyat Indonesia.

     

    Dia sampai kepada kesimpulan dan keyakinan penuh, bahwa tidak ada bedanya. Berlian adalah berlian, merampok adalah merampok. Pada 10 November 1979, Presiden Soeharto menolak permohonan grasinya. Maka pada 6 Februari 1980, eksekusi atas vonis hukuman mati oleh regu tembak dilaksanakan. Kusni Kasdut mengembuskan nafas terakhir dengan 3 peluru menembus dada dan 3 peluru bersarang di perut.

     

    Kusni Kasdut sang mantan pejuang dihukum mati sebagai perampok. Sementara banyak perampok yang di kemudian hari dianggap pahlawan. Kusni Kasdut adalah ironi perjuangan ketika orang baik harus jadi orang jahat. Ketika sang pejuang harus terlempar dan diabaikan di pinggir jalan, justru ketika perjuangan telah dimenangkan. (*)

    Rdsp

    0 Komentar

    Tinggalkan Komentar


    Cancel reply

    0 Komentar


    Tidak ada komentar

    Berita Lainnya


    Inilah Beberapa Daerah Bersuhu Dingin di Indonesia
    Misteri Penghuni Jin Kota Gaib Padang 12 Kalbar
    iBooming, Solusi Sukses Afiliasi di TikTok
    Sesar Lembang, Pahami Patahan di Tanah Parahyangan
    Ini Prediksi Fenomena Badai Matahari Akan Terjadi


    sponsored links