Bey Machmudin: Hati-hati, Marak Investasi Bodong
- 21 November 2024 | 17:07:00 WIB
PJ Gubernur Jabar Bey Machmudin mengimbau masyarakat agar selalu hati-hati dan mewaspadai investasi bodong.
PJ Gubernur Jabar Bey Machmudin mengimbau masyarakat agar selalu hati-hati dan mewaspadai investasi bodong.
RENCANA Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang.
INDONESIA adalah negara dengan penganut agama Islam terbanyak di dunia. Jika dilihat secara total ada sekitar 2 miliar pemeluk agama Islam di dunia. Penganut umat Islam adalah terbesar kedua setelah umat Kristen, namun banyak peneliti yang memprediksi bahwa pada tahun 2050 jumlah umat Islam akan melebihi jumlah umat Kristen.
Melansir dari data World Population Review Tahun 2021, Indonesia adalah negara dengan jumlah muslim terbanyak di dunia dengan jumlah sekitar 231 juta penduduk di Indonesia yang memeluk agama yang kemudian diikuti oleh Pakistan (212,3 juta), India (200 juta), Bangladesh (153.7 juta), Nigeria (103 Juta), Mesir (90 Juta), Iran (82.5 juta), Turki (74,4 juta), Aljazair (41,2 juta), dan Sudan (39,6 Juta).
Berdasarkan angka ini maka Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pusat peradaban bagi umat Islam di dunia. Narasi yang memperkuat mengapa Indonesia berpeluang menjadi pusat peradaban Islam adalah karena negara-negara yang ada di Timur Tengah sekarang terlibat perang dan Islam di Indonesia lebih aman dan damai.
Tentu saja hal ini menjadi salah satu kabar gembira bagi umat islam di Indonesia dan di seluruh dunia sehingga umat Islam yang ada di Indonesia dapat menjadi teladan bagi negara-negara yang ada di dunia sehingga esensi dari Islam Rahmatan lil ‘Alamin dapat dirasakan oleh seluruh jagat raya.
Jika kita melihat pada realita yang ada di lapangan, benarkan umat Islam dapat menjadi pusat peradaban Islam di dunia dengan segala macam permasalahan yang ada? Narasi tentang toleransi kepada agama lain adalah hal yang baik dan harus mampu kita terjemahkan dalam kehidupan sehari-hari akan tetapi dalam tubuh internal umat Islamnya sendiri masih banyak yang belum bisa menghargai antara pemahaman satu sama lain. Maraknya fanatisme yang ada pada golongannya masing-masing membuat umat ini terjebak dalam nestapa dan terpecah-pecah sehingga nampak tak indah, ibarat seperti rumah yang nampak indah dari luar tapi di dalamnya kotor dan carut marut.
Adanya tendensius terhadap ulama A dan ulama B serta adanya saling kafir dan mengkafirkan nampaknya membuat citra umat Islam tercederai oleh orang-orang seperti ini. Selain itu, adanya penelitian tahun 2020 oleh Microsoft yang mengukur tingkat kesopanan bangsa Indonesia yang menempatkan kita di urutan ke 29 dari 32 negara tentu membuat kita sedih. Degradasi moral yang terus terjadi pada generasi muda menjadi masalah bagi kita semua. Penduduk miskin yang berjumlah 9,57 persen pada September 2022 menurut Badan Pusat Statistik menjadi PR kita bersama.
Angka pengangguran 8,42 juta pada Agustus 2022, pendidikan masih rendah, dan para pejabat yang korupsi masih banyak serta berita-berita yang senantiasa menampilkan isu-isu receh menjadi hal yang senantiasa kita saksikan sehingga sangat jauh dari kata pusat peradaban Islam. Setelah adanya beberapa problem yang sudah diuraikan di atas maka kiranya kita mendefinisikan dan memberikan indikator pusat peradaban seperti apa sebenarnya yang kita inginkan?
Tentu saja harus kita cari akar masalahnya bersama-sama mengapa hal dapat ini terjadi? Menurut hemat penulis akar masalah terjadinya fanatisme dan tindak intoleransi parsial (toleransi pada agama orang lain dan sibuk menyalahkan pada golongan kelompok internalnya) adalah kebodohan. Semakin seseorang itu terdidik semakin kecil peluang dia melakukan tindakan intoleran dan sebaliknya. Kedua adalah kemiskinan.
Lemahnya ekonomi umat Islam menjadi salah satu penyakit yang harus dibasmi sampai ke akar-akarnya. Sebagai upaya melawan kemiskinan, pemerintah melalui BAZNAS serta kelompok masyarakat mendirikan lembaga zakat, koperasi syariah dan Badan Wakaf sehingga harapannya dapat memperbaiki perekonomian umat dan membentuk kemandirian ekonomi umat, tentu saja hal ini harus diikuti dengan penanaman jiwa entrepreneurship karena percuma berbicara mengenai kemandirian ekonomi umat tanpa diikuti jiwa entrepreneurship.
Hal pertama yang perlu ditempuh untuk mewujudkan pusat peradaban Islam di Indonesia adalah dengan meningkatkan ilmu pengetahuan dengan cara memberikan akses pendidikan seluas dan sebanyak-banyaknya kepada umat Islam di Indonesia serta menanamkan sikap keterbukaan kepada ilmu pengetahuan dari bangsa dan golongan lain, jika tidak, maka impian kita tentang Indonesia menjadi Pusat Peradaban Islam di dunia hanya utopia belaka. (*)
Oleh: Irwan Maulana
bas
0 KomentarRENCANA Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka Selengkapnya..
SETELAH letih bergelut dengan hitungan jarak, zonasi, prestasi dan bertarung merebut bangku sekolah, orang tua siswa kini sudah boleh menghirup nafas Selengkapnya..
JIKA ada orang yang mengatakan bahwa keajaiban dunia hanya 7, orang itu telah melakukan kebohongan publik. Bantah dia dengan menceritakan beberapa Selengkapnya..
PEMILIHAN Umum Legislatif (Pileg) 2024 di Provinsi Jawa Barat (Jabar) telah menghasilkan sejarah Selengkapnya..
PJ Gubernur Jabar Bey Machmudin melanjutkan pelaksanaan APBD Jabar Tahun 2023 dengan ekstra Selengkapnya..
MAJU kena mundur kena. Peribahasa itu tepat menggambarkan kondisi saat ini, terkait penanggulangan Covid-19.
Tim | M | Point | ||
---|---|---|---|---|
1. | Liverpool | 7 | 18 | |
2. | Manchester City | 7 | 17 | |
3. | Arsenal | 7 | 17 | |
4. | Chelsea | 7 | 14 | |
Tampilkan Detail |
Tim | M | Point | ||
---|---|---|---|---|
1 | Borneo FC | 10 | 21 | |
2 | Persebaya Surabaya | 10 | 21 | |
3 | Persib Bandung | 10 | 20 |