free hit counter code Duh, Banteng Jawa di Cagar Alam Pangandaran Tinggal Satu Ekor - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter

Hot News


Jabar Juara


Opini


  • RPJPD JABAR 2025-2045
    RPJPD JABAR 2025-2045

    RENCANA Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang.

    Duh, Banteng Jawa di Cagar Alam Pangandaran Tinggal Satu Ekor
    Ilustrasi

    Duh, Banteng Jawa di Cagar Alam Pangandaran Tinggal Satu Ekor

    • Jumat, 31 Desember 2021 | 10:52:00 WIB
    • 0 Komentar

     

    JuaraNews, Bandung – Binatang Banten diyakini masih ada di taman Cagar Alam Pananjung, Kabupaten Pangandaran. Namun, berdasarkan pengamatan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Banteng Jawa ini hanya tertinggal satu ekor.

     

    “Benar-benar hampir punah,” kata anggota Komisi IV DPR Ono Surono dalam fokus grup discuccusion yang diselenggarakan di Kuningan, Minggu (26/12/2021).

     

    Menurut Ono, sejak diintroduksi pada tahun 1930 an, terdapat sekitar 60-80 ekor Banteng Jawa di Cagar Alam Pantain Pananjung Pangandaran. Namun, letusan gunung Galunggung pada 1982 binatang yang dilindungi ini mengalami penurunan populasi.

     

    Di tahun 2000 an, binatang Banteng Jawa di cagar alam itu sudah sulit ditemui. Namun diyakini hewan itu masih ada. Setidaknya terlihat dari sejak kotoran yang sering ditemui di kawasan Cagar Alam Pantai Pangandaran. Hal itu menunjukan masih adanya populasi banten di daerah konservasi itu.

     

    Terakhir, BKSDA berhasil memotret Banteng Jawa di cagar alam tersebut dan menjadi bukti masih adanya populasi binatang tersebut. Memang, kata Ono, tak ada bukti tertulis atau dokumen terkait populasi banteng Jawa di Pangandaran, baik berupa bukti inventarisasi, pemulihan habitat, pemulihan populasi, atau yang lainnya.

     

    Akan tetapi, kata Ono, upaya introduksi banteng di Cagar Alam Pananjung Kabupaten Pangandaran pernah berhasil dilakukan. Setidaknya itu pernah dilakukan sejak 1930 an sampai tahun 2000 an. “Setidanya sampai sebelum terjadinya ledakan vulkanik Gunung Galunggung tahun 1982. Banten masa itu hidup di semenanjung tersebut,” kata Ono.

     

    Oleh karena itu, lanjut Ono, upaya pengawetan kawasan konservasi Pananjung Pangandaran dan mengembalikan ikonik Warga Pangandaran, perlu dilakukan kajian–kajian untuk mengetahui kondisi ekosistem Panjung Pangandaran. Menurut Ono, dukungan sosial ekonomi, budaya, kajian hukum bagi pelestarian satwa liar yang dilindungi, akan menjadi bahan informasi penting bagi restorasi ekosistem Cagar Alam Panjung Kabupaten Pangandaran.

     

    Ono mengatakan, pemerintah memiliki upaya restorasi ekosistem yang dituangkan ke dalam pembinaan dan perlindungan habitat serta pembinaan peningkatan populasi. Dua program ini pada intinya bertujuan untuk mengembalikan fungsi Cagar Alam Pananjung Pangandaran sebagai kawasan konservasi seutuhnya dapat kembali menjadi habitat mamalia dilindungi, seperti banteng, rusa timor, munjak, dan landak.

     

    Selain dilakukan kajian-kajian, Ono juga menilai perlu dilakukan dengan rencana aksi, penutupan kawasan hutan untuk melindungi pemulihan ekosistem, penyiapan bibit banteng, habituasi, serta pelepasliaran binatang.

     

    “Kami rindu akan hadirnya warga masyarakat yang hilang. Semoga banteng dapat kembali hadir di tengah-tengah kami, sebagai bagian dari keluarga. Karena hal itu penting, kami membutuhkan dukungan masyarakat,” pungkas Ono. (*)

    ude

    0 Komentar

    Tinggalkan Komentar


    Cancel reply

    0 Komentar


    Tidak ada komentar

    Berita Lainnya


    Doa Bersama Jelang Pilkada dan Pecahkan Rekor MURI
    Eks Caleg PSI Bekasi Alihkan Dukungan ke Ridho
    Doa Bersama Untuk Kelancaran Pilkada Serentak
    Demokrat Jabar Sosialisasikan Dedi-Erwan
    BPBD Turunkan Dua Tim Pusdalops ke Lokasi Banjir

    Editorial



      sponsored links