Delman: Jejak Transportasi Tradisional yang Menyisakan Romantisme Masa Lalu

Delman menjadi salah satu ikon transportasi tradisional Indonesia yang paling ikonik, dengan desainnya yang klasik dan elegan.
Delman pada masa Hindia Belanda.

JuaraNews, Bandung – Delman menjadi salah satu ikon transportasi tradisional Indonesia yang paling ikonik, dengan desainnya yang klasik dan elegan, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari sejarah dan budaya Indonesia yang terus dikenang hingga kini.

Delman merupakan kendaraan tradisional beroda dua atau empat yang digerakkan oleh tenaga kuda, menawarkan pengalaman unik dengan nuansa nostalgia masa lalu.

Delman sudah ada sejak masa kolonial Belanda dan masyarakat mengenalnya luas, meskipun dengan sebutan dan bentuk berbeda di tiap daerah.

Baca Juga: Obat Alami Zaman Dulu, Warisan Leluhur yang Tetap Abadi

Asal Usul Nama dan Sejarah Penciptaan

Asal mula nama delman berasal dari nama penemunya, Charles Theodore Deeleman, seorang insinyur dan ahli irigasi asal Belanda yang memiliki bengkel di Batavia yang sekarang Jakarta pada masa Hindia Belanda.

Pada tahun 1860-an, Deeleman menciptakan kendaraan ini dengan mengadaptasi kereta kuda Eropa bernama dos-à-dos, istilah bahasa Prancis yang berarti “punggung ke punggung.” Sesuai namanya, penumpang duduk saling membelakangi satu sama lain.

Orang Belanda menyebut kendaraan itu dengan nama dosados, sementara penduduk Batavia menyingkat sebutannya menjadi Sado. Dari sinilah muncul istilah delman, yang kemudian populer hingga sekarang.

Baca Juga: Inilah Wujud Kaset Pita yang Pernah Merajai Dunia Musik

Peran Delman di Masa Lalu

Pada zamannya, delman menjadi transportasi utama di Pulau Jawa, terutama untuk perjalanan jarak jauh. Kuda yang menariknya memiliki tenaga besar sehingga mampu menempuh rute antarkota.

Catatan sejarah menyebutkan bahwa pada tahun 1885, seorang penjelajah bernama Forbes pernah menempuh perjalanan dari Bogor ke Bandung dengan delman selama 13 jam. Biaya sewa saat itu mencapai 16 gulden angka yang cukup besar untuk ukuran masa kolonial.

Sebelum kereta api dan kendaraan bermotor berkembang, delman berfungsi sebagai sarana mobilitas vital bagi masyarakat, baik untuk aktivitas sehari-hari maupun perjalanan antarkota.

Baca Juga: Kisah Kecil di Balik Kendaraan Mungil Bernama Bemo

Delman di Era Modern

Seiring perkembangan zaman, delman perlahan tergantikan oleh transportasi modern yang lebih cepat dan nyaman. Kini, delman lebih sering digunakan untuk perjalanan jarak dekat di pedesaan atau difungsikan sebagai sarana wisata di kota-kota tertentu.

Di berbagai daerah, delman memiliki nama dan bentuk berbeda, mencerminkan kearifan lokal yang unik. Masyarakat mengenalnya dengan sebutan dokar, sado, kahar, ketek, hingga nayor. Perbedaan tersebut tidak hanya menunjukkan fungsi praktis, tetapi juga menampilkan keindahan desain khas setiap daerah.

Baca Juga: Oplet, Kendaraan Umum Legendaris yang Pernah Merajai Jakarta

Warisan Budaya yang Hidup

Lebih dari sekadar alat transportasi, delman adalah saksi sejarah panjang perjalanan bangsa, dari era kolonial hingga masa kini. Dentuman roda kayu di jalan, gemerincing lonceng kuda, dan nuansa klasiknya menghadirkan romantisme masa lalu dengan setiap langkahnya.

Meski jumlahnya semakin berkurang, delman tetap memiliki tempat di hati masyarakat Indonesia. Ia bukan hanya kendaraan, tetapi juga simbol budaya yang menyatukan sejarah, tradisi, dan identitas bangsa. (dsp)