The Beatles! Ketika Mimpi Besar Tak Lagi Satu Suara

The Beatles mungkin telah menulis ulang sejarah musik dunia, namun perjalanan mereka tak semulus yang sering dibayangkan. 
The Beatles asal Liverpool, band ikonik yang mendunia dengan personil. (Jhon Lennon, Paul McCartney, George Harrison dan Ringo Starr). (foto:FB @The Beatles)

JuaraNews, Bandung – The Beatles mungkin telah menulis ulang sejarah musik dunia, namun perjalanan mereka tak semulus yang sering dibayangkan.

Di balik gemerlap ketenaran dan harmoni lagu-lagu legendaris, tersembunyi kisah retakan yang telah muncul bahkan sebelum nama The Beatles dikenal dunia.

Banyak yang menyangka bubarnya The Beatles bermula dari keluarnya Paul McCartney atau hadirnya Yoko Ono di kehidupan John Lennon.

Namun, fakta menunjukkan bahwa keretakan itu sudah terbangun sejak awal.

Baca Juga: Chrisye: Ikon Budaya dan Legenda Musik Indonesia

Lennon, McCartney, George Harrison, dan Ringo Starr adalah empat kepribadian yang sangat berbeda, bersatu bukan oleh kenyamanan, melainkan oleh ketenaran.

Kontrak bersama EMI pada 1962 menjadi titik awal meledaknya karier mereka. Dalam lima tahun, The Beatles menjelma jadi ikon budaya dunia.

Tapi di balik kejayaan itu, perbedaan karakter mulai meruncing. Lennon dikenal sebagai sosok vokal dan agresif, McCartney perfeksionis, Harrison merasa terpinggirkan, dan Ringo lebih banyak menjadi pengamat pasif.

Baca Juga: Bob Marley! Ikon Reggae dan Suara Perlawanan Dunia

Ketika Eksperimen & Spiritualitas Memecah Harmoni

Semakin matang secara musikal, jurang kreatif di antara mereka makin dalam. Lennon menyelami tema eksistensial dan eksperimental, McCartney mengejar struktur dan harmoni, Harrison menyelami spiritualitas Timur, dan Ringo mulai menjauh dari sesi-sesi rekaman.

Album Rubber Soul, Revolver, hingga Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band memang revolusioner. Tapi secara internal, The Beatles mulai terpecah. Mereka tak lagi menulis sebagai satu kesatuan suara.

Puncaknya terjadi pada 1967, saat manajer mereka, Brian Epstein, meninggal dunia. Epstein selama ini menjadi penengah yang menyatukan ego besar dalam satu ruang kreatif. Tanpa dia, friksi yang selama ini tersembunyi mulai mencuat ke permukaan.

Baca Juga: Cerita Gito Rollies, Dari Rocker Karismatik ke Pendakwah Penuh Cinta

Apple Corps, perusahaan yang mereka bangun, justru berubah menjadi pusat kekacauan. Ketegangan memuncak dengan kehadiran Yoko Ono, pasangan Lennon.

Yoko bukan penyebab utama perpecahan, namun kehadirannya mendorong Lennon untuk jujur bahwa ia telah menjauh dari group band.

Konflik makin membara saat mereka berselisih soal siapa yang akan menjadi manajer pengganti Epstein.

Paul mendukung Lee Eastman, ayah mertuanya, sementara Lennon, Harrison, dan Ringo memilih Allen Klein.

Ketidaksepakatan ini menjadi titik belah yang formal, membuat setiap keputusan bisnis berubah menjadi medan pertempuran.

Baca Juga: Gombloh, Seniman Jalanan yang Menjadi Legenda Musik Indonesia

Pada 10 April 1970, McCartney akhirnya mengumumkan bahwa ia tak lagi bekerja dengan ketiga rekannya. Meski tak secara langsung menyebut pembubaran, publik dunia langsung memahami: The Beatles telah berakhir.

Tak lama kemudian, McCartney mengajukan gugatan hukum untuk memutus hubungan bisnis mereka.

The Beatles tidak bubar karena habis kreativitas atau kehilangan penggemar. Mereka bubar karena telah tumbuh menjadi pribadi yang tak lagi searah.

Baca Juga: Andy Liany, Legenda Rock Gondrong dari Tanjungpinang yang Bersinar di Era 90-an

Kepercayaan luntur, visi tak lagi sejalan, dan impian yang dulu besar, akhirnya terpecah dalam diam.

Dalam kurang dari satu dekade, The Beatles merevolusi musik dunia dan menunjukkan bahwa membangun harmoni sejati tercipta dari ketenaran dan kejujuran yang terus berjalan bersama.

Itulah beberapa kutipan perjalanan group band The Beatles asal Liverpool yang kami rangkum dari beberapa sumber. (dsp)