Juara News, Jakarta – Semenjak menjabat sebagai Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menargetkan kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen.
Purbaya optimis dapat mencapai target itu dalam waktu dekat. Sebab dalam pejalanannya Indonesia pernah mencapai pertumbuhan ekonomi 6 persen.
‘’Dulu waktu kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6 persen,’’ ujar Purbaya dalam acara sarasehan 100 Ekonom Indonesia INDEF, pada Selasa (28/10/2025).
BACA JUGA: Pemprov Jabar Optimistis LPE 2025 Terus Tumbuh di Atas Rata-Rata Nasional
Pertumbuhan 6 persen pada zama SBY berkat private sektor atau berkembangnya sektor swasta. Sedangkan pada era Presiden Joko Widodo yang bergerak adalah pemerintah.
Ketika kepemimpinan Presiden Joko Widodo justru sektor swasta berhenti bergerak dengan pertumbuhan kredit untuk pihak swasta hanya 7 persen saja.
‘’Pada era SBY kredit mapu tumbuh melesat sampai 22 persen,’’ ujar Purbaya.
Untuk itu, agar pertumbuhan ekonomi terdongkrak perlu menghidupkan mesin swasta. Sehingga pertumbuhan ekonomi pasti akan mampu tumbuh 6 persen.
BACA JUGA: Perda RPJMD jadi Pijakan Hukum untuk Pembangunan Kota Bandung
Belajar dari pengalaman tersebut, Purbaya berambisi akan menggerakan dua mesin ekonomi sekaligus. Yaiyu pemerintah dan swasta.
Dengan begitu ke depan Purbaya optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 7 persen pada tahun 2027.
‘’Saya yakin pada 2027 bisa tercapai, kita gerakan semua mesin ekonomi mulai dari moneter, fiskal, private sektor, dan investasi,” tuturnya.
Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
Purbaya mengakui, peningkatan pertumbuhan ekonomi ini sudah jadi target yang menjadi instruksi Presiden Prabowo Subianto
Presiden Prabowo Subianto pernah mengucapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia harus bisa mencapai 8 persen.
Indonesia pertumbuhan selama satu dekade stagnan pada angka 5 persen dan kini berambisi mendorong ekonomi RI tumbuh cepat.
BACA JUGA: Ketua Forum Kepsek SMA dan SMK Swasta Bandung-Cimahi Dukung PAPS, Tolak Gugatan FKSS Jabar ke PTUN
Menurut Purbaya, laju pertumbuhan sebesar 5 persen, sejauh ini belum bisa menciptakan lapangan pekerjaan formal dan membuat rakyat sejahtera.,
Sementara itu menyinggung mengenai tekanan Inflasi, Purbaya menuturkan, bahwa inflasi terjadi bukan karena ekonomi tumbuh cepat.
Pendapatan rakyat juga belum tinggi sehingga permintaan barang jadi meningkat.
Akan tetapi, Inflasi yang terjadi karena biaya ekonomi masih tinggi atau cost pull inflation. Dan Demand pull inflation tidak akan terjadi ketika pertumbuhan ekonomi di bawah laju pertumbuhan potensialnya.
BACA JUGA: Pemerintah Kabupaten Bandung Fokus pada Intensifikasi dan Digitalisasi Pajak
Purbaya menilai, jika pertumbuhan ekonomi 5 persen, pasti belum mampu menyerap tenaga kerja. Tetapi angka pengangguran bisa turun.
Angka pengangguran turun karena terserap pada lapangan kerja informal. Tapi sejatinya desain ekonomi yang ideal tidak seperti itu.
Untuk itu, salah satu cara adalah, pemerintah harus menggerakan seluruh instrumen perekonomian. Baik Fiskal, Moneter dan sektor swasta.
‘’Ini untuk sama-sama mendorong pertumbuhan ekonomi agar berputar lebih cepat,’’ ungkap Purbaya.
BACA JUGA: DPRD Jabar Dukung Sektor Pariwisata Berkelanjutan
Dengan begitu, penciptaan lapangan pekerjaan formal bisa terealisasi dan pendapatan masyarakat juga meningkat. Daya beli juga tumbuh.
Akan tetapi jika penyerapan lapangan pekerjaan informal. Pertumbuhan akan stagnan karena pendapatannya juga tetap.
“Kalau bisa semua kaya di sektor formal, jadi kita harus ciptakan pertumbuhan yang cepat,” tegas Purbaya.
Secara hitungan potential growth Indonesia 6,7 persen untuk bisa menyerap tenaga kerja formal. Khususnya untuk masyarakat usia kerja.
Purbaya mengungkapkan, setelah masa krisis penyerapan kerja sektor formal malah terbatas. Sehingga banyak tenaga kerja yang masih nganggur.
“Jadi jika pertumbuhan ekonomi nanti cepat, anda jangan terlalu takut, semua tumbuh agar kita bisa kaya bersama,’’ seloroh Purbaya. (edt)





