JUARANEWS – Berdasarkan Laporan PPATK Provinsi Jawa Barat menjadi wilayah paling banyak warganya yang memainkan judi online ( Judol ) pada kuartal pertama tahun 2025.
Hal ini terungkap dalam hasil laporan yang disampaikan oleh Pusat Pelaporan dan Analisi Transaksi Keuangan ( PPATK) yang membeberkan lima wilayah tertinggipengguna Judi Online atau Judol di Indonesia.
BACA JUGA: Jalan Alternatif Sodong Rusak, Pengguna Jalan Meradang
Kepala PPATK Ivan Yustiavandana mengatakan, lima wilayah yang memiliki pergerakan dan peningkatan pengguna Judi Online atau Judol urutan pertama adalah Jawa Barat.
‘’Kemudian disusul DKI Jakarta, Jawa Tengah, Banten, dan Jawa Timur,’’ ujar Ivan kepada wartawan dalam keterangannya, dikutip, Kamis, (08/04/2025)
Menurut Ivan, data yang berhasil di analisai oleh PPATK ini masih bersifat fluktuatif dan akan berubah tergantung pada tinggkat penggunaan aplikasi Judi Online itu.
BACA JUGA: TPAS Cijeruk jadi Alternatif Wilayah Bandung Raya, Bagaimana Nasib Legok Nangka?
DKI Jakarta pernah berada di peringkat teratas pada akhir 2024, sekarang peringkat teratas adalah provinsi Jawa Barat dengan pengguna Judol terbanyak.
Aplikasi haram ini harus segera dituntaskan dan ditekan penggunaannya. Sebab dapat merusak perekonomian yang ada di masyarakat.
Untuk itu, PPATK akan terus bekerjasama dan terus memantau transaksi Judi Online dengan berkoordinasi dengan instnasi lain. Pihaknya juga akan selalu melakukan penindakan.
BACA JUGA: Ulama dan Tokoh Agama Tolak PIK 2 dan Siap Bantu Mayarakat Banten
‘’Kita akan terus bekerjakeras untuk menekan angka penggunaan Judul di Indonesia tanpa pandang bulu untuk melindungi masyarakat Indonesia,’’ ujarnnya.
Dampak negatif terhadap penggunaan aplikasi Judol ini sangat memprihatinkan meski secara statistik telah menunjukan angka penurunan secara signifikan.
“Data menunjukkan segala sesuatunya itu terbukti menurun. Segala sesuatunya terbukti menurun,” pungkasnya.
BACA JUGA: Zona 5 TPA Sarimukti Belum Siap, Bandung Raya Dikhawatirkan Banjir Sampah!
Menurutnya, Jawa Barat masih menjadi wilayah paling tinggi transaksi. Perputaran dana secara keseluruhan mencapai Rp 90 triliun pada kuartal pertama pada 2024 lalu.
Perputaran transaksi ini mengalami penurunan tajam menjadi Rp 47 triliiun pada kuartal pertama 2025 atau berkurang sebanyak Rp 50 triliun.
“Sekarang berhasil kita tekan Itu sesuatu yang luar biasa,” ungkapnya.
BACA JUGA: Pemkab Bogor Lakukan Pengadaan Mobil Dinas, Efesiensi Anggaran Omong Kosong!
Sedangkan angka transaksi yang berhasil ditelan pada periode Januari sampai Maret 2025 terdapat 39,8 juta transaksi dan penekanan ini jika dikali 4 bulan maka tercatat 160 juta transaksi pada 2025 ini.
‘’Sedangkan untuk tahun lalu tercatat 209 juta transaksi dan ini harus dilakukan penekanan secara konsisten,’’ pungas Ivan. (edt)