Gombloh, Seniman Jalanan yang Menjadi Legenda Musik Indonesia

Gombloh sosok musisi nyentrik yang dikenal dengan karya-karya penuh makna, salah satu ikon musik Indonesia yang tak lekang oleh waktu. 
Seniman legenda musik Indonesia Gombloh (foto:net)

JuaraNews, BandungGombloh sosok musisi nyentrik yang dikenal dengan karya-karya penuh makna, merupakan salah satu ikon musik Indonesia yang tak lekang oleh waktu.

Lahir dengan nama Soedjarwoto Soemarsono pada 14 Juli 1948 di Jombang, Gombloh tumbuh besar di Surabaya dan sempat menempuh pendidikan di Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Akan tetapi, semangat Gombloh dalam bermusik mengalahkan tuntutan akademis, hingga ia memilih meninggalkan kuliah demi meraih cita-cita sebagai seniman.

Baca Juga: Andy Liany, Legenda Rock Gondrong dari Tanjungpinang yang Bersinar di Era 90-an

Tak heran kalau dirinya sering membolos kuliah dan akhirnya diketahui oleh ayahnya setelah pihak kampus mengirimkan surat peringatan.

Ia pun hengkang ke Bali guna menghindari perdebatan dan ini menjadi titik balik perjalanan hidupnya. Di sana, Gombloh hidup sebagai seniman jalanan sebelum akhirnya mulai meniti karier profesional di dunia musik.

Ia bergabung dengan grup Lemon Tree’s Anno ’69, sebuah band bergenre art rock yang memberi ruang luas untuk eksplorasi kreatifnya.

Gombloh menjadi motor utama pencipta lagu, banyak terinspirasi dari kehidupan rakyat kecil, isu sosial, hingga kritik terhadap tatanan yang ada.

Baca Juga: Gua Hatusaka, Pusaka Alam Terdalam di Indonesia dari Jantung Maluku

Karya-karyanya seperti Doa Seorang Pelacur, Nyanyi Anak Seorang Pencuri, dan Selamat Pagi Kotaku menyuarakan sisi kelam dan nyata kehidupan kota.

Ia juga menyuarakan kepedulian terhadap lingkungan lewat lagu Lestari Alamku, serta menanamkan rasa cinta tanah air melalui karya legendaris Kebyar-Kebyar, yang masih sering di dendangkan hingga kini.

Berkarir Solo

Pada 1983, Gombloh memilih jalur solo dan merilis album Gila. Gaya musiknya berubah menjadi lebih ringan, dengan lirik-lirik jenaka namun tetap sarat makna.

Album-album seperti 1/2 Gila, Apel, dan Apa Itu Tidak Edan menunjukkan sisi eksentriknya sebagai penyanyi sekaligus pencipta lagu yang tidak ingin terkungkung oleh pakem industri.

Sayangnya, kariernya yang cemerlang harus terhenti lebih cepat. Gombloh meninggal dunia pada 9 Januari 1988 di Surabaya karena penyakit paru-paru. Meski hanya hidup 40 tahun, jejaknya dalam musik Indonesia sangat membekas.

Baca Juga: Fantastis, Pohon Dewa Ini Tembus Harga Milliaran Rupiah per kg

Untuk mengenangnya, para seniman Surabaya membentuk Solidaritas Seniman Surabaya dan mendirikan patung Gombloh di Taman Hiburan Rakyat.

Ia juga di anugerahi penghargaan Nugraha Bhakti Musik Indonesia secara anumerta pada 2005, sebagai bentuk apresiasi atas dedikasinya di dunia musik.

Gombloh bukan hanya pencipta lagu, tapi juga penyampai pesan kehidupan. Melalui lirik-liriknya, ia menghidupkan suara rakyat, alam, dan cinta pada negeri, menjadikannya abadi dalam sejarah musik Indonesia. (dsp)