JuaraNews, Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat inflasi inti mencapai 0,23% (month to month) atau 5,02% (year on year) seiring dengan menguatnya Rupiah dan inflasi administered prices rendah ditopang penurunan harga solar dan penurunan harga LPG 12 kilogram (kg).

"Inflasi inti 0,23% (mtm) atau 5,02% (yoy) seiring penguatan Rupiah. Ini juga dipengaruhi oleh masih terbatasnya permintaan domestik dan terkendalinya ekspektasi inflasi. Sedangkan inflasi administered prices rendah didorong oleh penurunan harga solar dan elpiji 12 kg pada September lalu," kata Gubernur BI Agus Martowardoyo kepada media seusai Rapat Dewan Gubernur di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Selasa 17 November 2015.

Agus mengemukakan, berdasarkan perkembangan inflasi hingga Oktober 2015, Bank Indonesia omptimistis, inflasi keseluruhan 2015 akan berada di batas bawah kisaran sasaran 4±1%. Besaran inflasi ini juga dipengaruhi oleh Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Oktober 2015 yang mengalami deflasi sebesar 0,08% (mtm) atau 6,25% (yoy).

Selain itu, deflasi kelompok bahan makan bergejolak (volatile food). "Optimisme ini muncul karena dukungan dan penguatan koordinasi kebijakan pengendalian inflasi di pusat dan daerah. Inflasi hingga Oktober 2015 itu menunjukkan stabilitas harga terkendali," tutur Agus.

"Inflasi Januari-Oktober 2015 (year to date/ytd) tercatat 2,16% (ytd) atau 6,25% (yoy). Deflasi volatile food didukung pasokan komoditas pangan yang membaik," tandas dia. (*)

Oleh: akbar aulia / bar