free hit counter code Airlangga Hartarto Capres Berpotensi Tertinggi, Namun Dinilai Masih Belum Populis - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter

Hot News


Jabar Juara


Opini


  • Hejo Tapi Teu Ngejo
    Hejo Tapi Teu Ngejo

    PROVINSI Jawa Barat memilik Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup. Perda tersebut didasari Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.

    Airlangga Hartarto Capres Berpotensi Tertinggi, Namun Dinilai Masih Belum Populis
    Antropolg Budi Rajab saat Bincang Politik SOKSI Jabar di Gedung Golkar, Bandung, Rabu (5/5/2021)

    Airlangga Hartarto Capres Berpotensi Tertinggi, Namun Dinilai Masih Belum Populis

     

    JuaraNews, Bandung – Calon Presiden Partai Golongan Karya Airlangga Hartarto dinilai harus bisa populis agar terpilih menjadi presiden pada pemilu 2024. Selama ini9 Airlangga Hartarto belum populis baik dari sikap, penampilan, dan langkah politik yang dilakukan.

     

    “Airlangga Hartarto harus lebih populis. Selama ini presiden yang berhasil menjadi pemenang pemilu presiden adalah mereka yang berhasil menjadi calon yang populis. Sebut saja Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo atau Jokowi. Mereka berhasil menjadi calon yang populis dan memenangkan pertarungan Pilpres,” kata Antropolog Universitas Padjadjaran Budi Rajab pada Bincang Polisik SOKSI Jabar yang bertema “Persepsi Warga Jabar Soal Capres 2021” di Gedung Golka Jabar, Bandung, Rabu (5/5/2021).

     

    Menurut Budi, Airlangga Hartarto harus menjadi sosok yang populis, yang sengaja diciptakan oleh para pendukungnya. Sikap populis ini, lebih dikedepankan pada sikap-sikap yang merakyat dan menjauhi sikap feodalistik. “Misalnya ketika Jokowi membetulkan tali sepatunya, cukup ia yang membetulkan tali sepatu itu. Pada jaman Soeharto dan Soekarno mungkin hal semacam itu dilakukan oleg ajudan atau pengawalnya. Tapi Jokowi melakukan hal itu cukup sendiri,” katta Budi Rajab.

     

    Budi melihat calon-calon presiden yang muncul saat ini belum menunjukan kepopulisannya, tidak hanya Airlangga Hartarto. Capres seperti Anis Baswedan, Ridwan Kamil, Puan Maharani, atau Agus Harimurti Yudhoyono, belum menunjukan sebagai calon yang populis. Calon presiden yang dinilai lebih depan sebagai capres populis adalah Ganjar Pranowo, namun hal itu belum terlalu dominan seperti Jokowi atau SBY sebelumnya.

     

    Secara politik, Budi melihat di Jawa Barat terjadi semacam kebangkitan partenalistik dengan semakin menguatnya dikotomi Islam dan Nasionalis. Politik identitas muncul belakangan ini sebagai tanda dari munculnya kebangkitan paternalistik tadi.

     

    Hal semacam ini, katanya, pernah terjadi pada pemilu 1955, dimana patrernalistik ini dimenangkan oleh dua kekuatan partai Islam yakni Masyumi dan NU (Nahdlatul Ulama). Sementara secara nasional pemenangnya adalah PNI. “Dan saat ini hal semacam ini bangkit kembali, dengan bangkitnya politik identitas yang mewarnai setiap pemilu dan pemilukada,” kata Budi.

     

    Sementara itu, Direktur Kedai Eksekutif Kopi, Kunto Adi Wibowo mengatakan, beberapa calon presiden telah muncul ke permukaan publik. Berdasarkan survei melalui telepon yang dilakukannya, Kunto mengatakan, sejumlah nama muncul dengan berbagai pertanyaan yang diajukan. Salah satunya, calon presiden yang berasal dari kalangan partai politik, Airlangga Hartarto mendapat tempat paling tinggi dengan angka 17,6 persen. Disusul oleh Prabowo Subianto sebesar 15.6 persen, Sandiaga Uno sebesar 13,7 persen, Puan Maharani 9,6 persen, Muhaimin Iskandar 9,6 persen, AHY 9,0 persen, Akhmad Syaikhu 8,3 persen, Jusuf Kalla 5,9 persen, Megawati Soekarnoputri 5,9 persen, dan Ahmad Saroni 4.8 persen.

     

    Sedangkan calon presiden dari kalangan oposisi, Susi Pujiastuti menempati tempat paling tinggi sebanyak 30,9 persen, Gatot Nurmantyo sebesar 14,1 persen, Abraham Samad 14,0 persen, Rizal Ramli 11.9 persen, Sudirman Said 8,0 persen, dan TGB 3,3 persen.  (*)

    Oleh: ude gunadi / ude

    0 Komentar

    Tinggalkan Komentar


    Cancel reply

    0 Komentar


    Tidak ada komentar

    Berita Lainnya


    KPU Jabar Enggan Disebut Lelet, Ini Alasannya
    BMKG Soal Hujan dan Angin Kencang Melanda Bandung
    Hasyim Sindir KPU Jabar Tidak Hadir di Rapat Pleno
    80 KK Diungsikan Imbas Banjir Rob di Palabuhanratu
    Bey Machmudin Tarawih di Masjid Tertua di Bandung

    Editorial



      sponsored links