free hit counter code Waspada! Bencana Hidrometeorologi, Ini Wilayah di Bandung Barat dengan Tingkat Rawan Bencana Tinggi - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter

Hot News


Opini


  • Hejo Tapi Teu Ngejo
    Hejo Tapi Teu Ngejo

    PROVINSI Jawa Barat memilik Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup. Perda tersebut didasari Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.

    Waspada! Bencana Hidrometeorologi, Ini Wilayah di Bandung Barat dengan Tingkat Rawan Bencana Tinggi

    Waspada! Bencana Hidrometeorologi, Ini Wilayah di Bandung Barat dengan Tingkat Rawan Bencana Tinggi

     

    JuaraNews, Bandung Barat -Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah merilis hujan sebagai salah satu penyebab terjadinya banjir dan tanah longsor yang masih berpotensi terjadi di beberapa wilayah di bulan Mei 2021 ini.

    Sebelumnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati menyebut, sebanyak 1.205 bencana hidrometeorologi mendominasi terjadi dari 1 Januari 2021 hingga 30 April 2021.


    "Bencana hidrometeorologi, seperti banjir, puting beliung dan tanah longsor, dominan terjadi pada periode 1 Januari 2021 hingga 30 April," sebut Raditya Selasa (4/5/2021).


    Hal tersebut juga menjadi perhatian bagi pemerintah daerah guna mengantisipasi jatuhnya korban lantaran dampak yang ditimbulkan dari bencana alam hidrometeorologi. Salah satunya seperti yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat (KBB).


    Kepala BPBD Bandung Barat Duddy Prabowo mengatakan, terkait bencana hidrometeorologi pihaknya masih menetapkan status siaga darurat bencana banjir, banjir bandang dan tanah longsor di KBB.


    "Ini terhitung sejak 1 November 2020 sampai dengan nanti akhir Mei 2021. Ini masih dari sisi teknis pembicaraan ya. Jadi memang masih dalam tingkat waktu siaga darurat posisinya," kata Duddy kepada wartawan, Senin 3 Mei 2021.


    "Kemudian kalau kita lihat informasi, kami senantiasa memantau perkembangan potensi cuaca ini dari BMKG," sambungnya.


    Jadi, lanjut Duddy, setiap perkembangan potensi bencana termasuk badai siklon yang terjadi, pihaknya sampai hari ini maupun sepekan ke depan mengacu pada prediksi BMKG.


    "Jadi informasi yang kami dapat bahwa pertumbuhan siklon tropis yang terjadi akhir-akhir ini pada cuaca ekstrem secara umum terjadi di Indonesia, khususnya di Jawa Barat," ujarnya.


    Sementara, lanjut dia, untuk kondisi hari ini per 3 Mei 2021, khusus untuk di Jabar yang perlu diwaspadai adalah potensi hujan yang disertai petir atau kilat. Terutama, pada sore hingga menjelang malam hari, termasuk wilayah Bandung Barat.


    Berdasarkan indeks risiko bencana yang dikeluarkan BNPB, kata Duddy, ada beberapa wilayah di Bandung Barat yang paling berisiko terjadi bencana.


    Tak hanya itu, Bandung Barat juga memiliki delapan potensi bencana, salah satunya longsor.


    "Kalau melihat data kejadian mulai Januari sampai dengan akhir April kemarin, total ada 140 kejadian di mana ada 70 kejadian bencana longsor. Artinya longsor ini memiliki potensi yang paling besar di antara kejadian bencana yang lain.


    "Ada longsor, ada kebakaran, puting beliung, banjir bandang dan pergerakan tanah," sambungnya.


    Lebih jauh Duddy menjelaskan, secara geografis tanah di Bandung Barat memiliki kontur tanah yang berbukit-bukit dengan tingkat kemiringan lereng yang cukup bervariasi.


    "Saya kira ada yang 10, bahkan mungkin ada yang lebih dari 35 derajat. Ini tentu memiliki potensi yang cukup besar untuk terjadinya bencana longsor ketika musim hujan. Jadi data yang ada di kami ada kurang lebih 11 kecamatan yang memang tingkat kerawanannya cukup tinggi, yakni Cililin, Gunung Halu, Rongga, Cipongkor, Cihampelas, Cipatat, Cipendeuy.


    Sementara untuk wilayah utara ada Cisarua, Parongpong, Lembang termasuk Ngamprah juga ini memiliki potensi tingkat kerawanan longsor yang cukup tinggi.


    "Kalau lihat dari sistem mitigasi, kita bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), yaitu Early Warning System (EWS)," ujarnya.


    "Early Warning System (EWS) ada di Cililin. Ini sudah aktif dan masuk tahun kedua," sambungnya.


    Tak hanya itu, Duddy juga mengaku, pihaknya telah melakukan sosialisasi ke masyarakat dengan membentuk Desa Tangguh Bencana yang di dalamnya memberikan edukasi tentang bagaimana menantispasi jika terjadi longsor dan gempa bumi.


    "Khusus kaitan dengan hidrometeorologi di Bandung Barat lebih menitikberatkan pada bencana longsor. Saya kira adanya EWS, sosialisasi kepada pemerintah desa terkait dengan kesiapan dan juga pembentukan Desa Tangguh Bencana ini merupakan langkah preventif ketika bencana tersebut terjadi," paparnya.


    Selain itu, lanjut Duddy, pihaknya juga mengoptimalkan peran aparat kewilayahan, seperti kecamatan dan desa yang secara langsung bersentuhan dengan masyarakat.


    Adapun cara kerja Early Warning System (EWS), kata Duddy, alat tersebut bekerja dengan sistem sensor.


    "Ada beberapa titik yang dipasang sensor. Jadi manakala nanti terjadi kejenuhan tanah lantaran air dan ada pergerakan di situ, sistem sensor ini akan menangkap sinyal yang dipasang ada semacam receiver di dekat Koramil yang berada di Cililin," ujarnya.


    Selain itu, kata dia, berdekatan dengan SMA Cililin juga dipasangi alat sensor receiver yang menangkap sinyal dari sensor-sensor yang dipasang di beberapa titik.


    "Itu nanti akan memberikan informasi kepada masyarakat untuk kondisi siaga, waspada dan siap-siap untuk mengungsi," katanya.


    Sementara itu, untuk mitigasi bencana gempa bumi, pihaknya juga telah memiliki seismograf jika sewaktu-waktu ada pergerakan tanah.


    "Itu ada juga di Bandung Barat dan dipasang dibeberapa titik. Jadi kalau terkait dengan gempa ada seismograf juga ada intensity meter. kemudian ada satu alat lagi yang dipasang dikantor yang sejenis dengan EWS," ujarnya.


    Kendati demikian, Duddy mengaku, ketersediaan alat seperti EWS tidak dipasang di semua wilayah. Pasalnya, pihaknya masih terkendala dengan kurangnya alat tersebut.


    "Kalo secara sistem belum, kita lebih ke sosialisi. Jadi ke perangkat desa atau kecamatan. Alat kita masih terbatas dan perlu dalam jumlah yang banyak. Itu pun kita dibantu dariBadan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Stategis Nasional (BPPTSN)," ujarnya.


    Menurut Duddy, musim hujan ini belum berakhir, seperti yang dirasakan di akhir-akhir minggu ini masih terjadi hujan di beberapa lokasi meski tidak merata.


    "Kami mengimbau kepada warga terutama yang beraktifitas di luar rumah untuk senantiasa berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan lantaran cuaca ekstrem sewaktu-waktu bisa terjadi.


    Duddy juga meminta masyarakat untuk menghindari pohon-pohon yang rawan tumbang dan juga papan-papan reklame.


    "Saya kira pohon dan reklame mudah tumbamg dan beresiko untuk menimpa ini yang perlu untuk dihindari. Sekali lagi masyarakat harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan dan berhati-hati, khususnya pada saat kondisi terjadi hujan dan angin kencang," tandasnya. (*)

    bas

    0 Komentar

    Tinggalkan Komentar


    Cancel reply

    0 Komentar


    Tidak ada komentar

    Berita Lainnya


    Dinas Sosial Jabar Salurkan Bantuan ke Cibedug
    Sampah Menggunung,DPRD Minta TPA Sarimukti Ditutup
    100 Tahun Observatorium Bosscha Jadi Tempat Penelitian Astronomi di Bandung
    Dede Yusuf Beri Bantuan Dana Aspirasi Center of Excellence ke SMK Bandung Barat
    11 Kecamatan di Bandung Barat Masuk Daerah Rawan Bencana Hidrometeorologi

    Editorial


      Info Kota


        Inspirasi