Pandemi Covid-19, Buruh Berharap Banyak Pada Pemerintah
- 27 Januari 2021 | 09:37:00 WIB
PANDEMI Covid-19 ini memang membuat posisi buruh menjadi sulit. Terlebih banyak buruh yang di Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) maupun dirumahkan.
PANDEMI Covid-19 ini memang membuat posisi buruh menjadi sulit. Terlebih banyak buruh yang di Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) maupun dirumahkan.
PEMUDA adalah pelopor perubahan di tangannya estapet kepemimpinan akan dilanjutkan. Untuk membentuk pemuda yang berjiwa pemimpin memerlukan banyak dukungan.
JuaraNews, Bandung - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencatat salah satu permasalahan yang menjadi pekerjaan rumah (PR) terbesar di sekolah yakni pendataan siswa.
Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan Kemendikbud, Abdul Kahar mangatakan, jika pendataan siswa tidak benar makan akan menghambat proses bantuan pendidikan.
Dia menyebut, salah satu kasus yang ditemukan, ada siswa yang terdata di Data Pokok Pendidikan (Dapodik), tetapi tidak terdata di Badan Pusat Statistik (BPS) sehingga tidak terdeteksi oleh Kemendikbud.
"Kuncinya ada di data. Ada anak yang terdata di BPS tidak terdata di Dapodik, ada terdata di Dapodik tidak terdatabdi BPKS, jadi masih seperti ini. Barangkali memang PR kita yang paling besar," kata Abdul di Bandung, Sabtu (12/12/2020).
Dia menjelaskan, pihak sekolah harus memahami bahwa sinkronisasi data ini sangat diperlukan. Kendati demikian, Abdul mengakui bahwa salah satu keterbatasan pemerintah, sekolah maupun Kemendikbud yakni permasalahan pendataan siswa.
"Keterbatasan kami untuk melihat semuanya, demikian juga disatuan pendidikan di sekolah mungkin sudah melakukan deteksi-deteksi seperti itu tapi terkadang tidak terdeteksi secara utuh," jelasnya.
Abdul menduga, banyaknya anak atau siswa yang terlantar pendidikannya disebabkan karena data siswa dan orang tuanya tidak benar. Oleh karena itu, dia berharap, pihak sekolah, Dinas Pendidikan (Disdik), dan Dinas Sosial (Dinsos) bisa berkerjasama dan memberikan perhatian lebih terhadap masalah tersebut.
"Karena mungkin anak-anak seperti ini orang tuanya tidak terdata dengan baik. Mungkin ada saja orang tua yang secara kependudukan tidak memiliki KK tidak memiliki KTP ditempat tersebut sehingga dinas sosial juga kesulitan melakukan pendataan seperti ini, padahal seharusnya tidak boleh ada anak-anak kita yang usia sekolah jadi terlantar pendidikannya," ucapnya.
Abdul mengungkapkan, kedepannya pemerintah akan memprioritaskan pendidikan anak, meski status kependudukan orang tuanya tidak terdata dengan benar.
"Anaknya dulu harus kita selamatkan. Bagaimana anak ini tetap bersekolah, dimanapun domisili orang tuanya, tetap anak harus diselamatkan," ungkapnya.
"Tidak boleh hanya karena alasan orang tuanya terhalang status kependudukannya tidak selesai maka anaknya pun ikut terbengkalai pendidikannya," tutupnya. (*)
Oleh: ridwan / rid
MUKTI Fajar Nur Dewata dan M. Taufiq HZ terpilih menjadi Ketua dan Wakil Ketua Komisi Yudisial (KY) Paruh Waktu I Periode Januari 2021-Juni Selengkapnya..
ANGGOTA Komisi I DPR RI Mayjen TNI (purn) TB Hasanuddin langsung merespons pernyataan anggota fraksi PDI Perjuangan Ribka Selengkapnya..
ANGGOTA Komisi IX DPR RI dari Fraksi PDIP, Ribka Tjiptaning menegaskan bahwa dirinya menolak untuk disuntik vaksin Selengkapnya..
PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) telah mengirim nama calon Kapolri pengganti Jenderal Idham Azis ke DPR RI pada Rabu Selengkapnya..
MENTERI Agama, Yaqut Cholil Qoumas meminta seluruh umat beragama untuk tidak ragu mengikuti vaksinasi Selengkapnya..
PEMILIHAN Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020 resmi dihelat pada Rabu, 9 Desember 2020 ini.
😷 Positif:
😊 Sembuh:
😭 Meninggal:
ACT bersama Lanal Bandung mengirimkan armada kemanusiaan membantu korban bencana alam di Sulbar dan Kalsel.
SEBANYAK 24 pekerja di lingkungan UPTD Balai Mekanisasi Pertanian mendapat bea siswa untuk kuliah di jentang strata S1 (Sarjana).