free hit counter code Tingkatkan Sektor Pertanian, Pemprov Jabar Gelar West Java Food & Agriculture Summit - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter

Hot News


  • Kepala Desa Cimekar Bakal Digugat
    Kepala Desa Cimekar Bakal Digugat
    • 20 April 2024 | 21:29:00 WIB

    KADES Cimekar, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung Iwan Dharmawan bakal di gugat karena diduga manipulasi dokumen tanah.

Opini


    Tingkatkan Sektor Pertanian, Pemprov Jabar Gelar West Java Food & Agriculture Summit
    (net)

    Tingkatkan Sektor Pertanian, Pemprov Jabar Gelar West Java Food & Agriculture Summit

    JuaraNews, Bandung – Pemprov Jabar bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jabar akan menggelar West Java Food & Agriculture Summit (WJFAS) di Hotel Savoy Homann, Jalan Asia Afrika Kota Bandung pada Kamis (10/12/2020).

     

    Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah (Setda) Pemprov Jabar Benny Bachtiar menjelaskan, dalam WJFAS, akan digelar high level meeting, dan pertemuan petani Jabar dengan offtaker komoditas pertanian.

     

    "Tujuannya tidak lain agar petani bisa menjual hasil panen. Karena selama ini banyak petani bingung menjual hasil panennya. Ternyata offtaker kita sudah memiliki pasar ekspor yang notabane cukup menjanjikan," kata Benny di Gedung Sate, Jalan Diponegoro Kota Bandung, Senin (7/12/2020).

     

    "Kalau nanti petani yang ada di Jabar dapat memenuhi pasar ekspor, insya Allah ini akan meningkatkan kesejahteraan petani," imbuhnya.

     

    Menurut Benny, sudah ada 84 offtaker di sektor pertanian dan peternakan yang berminat menampung produk petani dan peternak Jabar. Salah satunya adalah PT Bhanda Ghara Reksa (BGR).


    "Nanti PT BGR ini menampung hasil pertanian yang nanti didistribusikan ke warung-warung mengenai konsep e-warung. Ini sudah mulai ada wujudnya," ucapnya.

     

    Dengan terbukanya pasar domestik maupun global, Pemprov Jabar berupaya mengubah wajah pertanian agar generasi milenial tertarik menggarap sektor pertanian dan peternakan.

     

    Saat ini, pertanian dan peternakan belum diminati generasi milenial di Jabar. Padahal, generasi milenial diharapkan membawa perubahan kedua sektor tersebut pada masa depan guna menjaga ketahanan pangan Jabar.

     

    Berdasarkan hasil survei pertanian antar sensus (sutas) 2018 yang dilakukan Badan Pusat Statistik, jumlah petani di Jabar mencapai 3.250.825 orang.

     

    Dari jumlah tersebut, petani yang berusia 25-44 tahun hanya 945.574 orang atau 29 persen. Kondisi tersebut tentu memberikan efek domino bagi sektor pertanian di Jabar.

     

    "Sebuah harapan besar Gubernur Jabar, dengan kondisi pandemi Covid-19 ini, ketika banyak industri padat karya menutup usahanya tentunya ini menjadi permasalahan, di mana banyak anak-anak milenial menggantungkan hidupnya bekerja di sektor industri manufaktur," ucapnya.

     

    "Ketika anak muda kembali ke desanya, mereka mulai melakukan aktivitas ekonomi di perdesaan melalui sektor pertanian tadi. Di sini, Gubernur Jabar menginstruksikan agar membuat sesuatu yang bisa menarik para milenial ini memulai kegiatan pertanian, yang tentunya pasar. Inilah yang coba kita gali," tambahnya.

     

    Deputi Direktur Kantor Perwakilan BI Jabar Taufik Saleh mengatakan, selain membuka pasar, Pemprov Jabar harus mendorong pemanfaatan teknologi di sektor pertanian.

     

    "Jadi bagaimana budidaya pertanian, pangan, teknologi pembibitan bisa menghasilkan produk pangan yang lebih cepat atau menghasilkan panen lebih banyak dari kondisi yang normal," kata Taufik.

     

    Jika itu dilakukan, kata Taufik, generasi milenial tertarik menggerakkan sektor pertanian dan peternakan karena akan mendapatkan keuntungan ekonomi yang besar.

     

    Selain itu, Taufik menyatakan bahwa WJFAS digelar guna memperkuat ketahanan pangan di Jabar. Apabila ketahanan pangan kuat, terutama di tengah pandemi Covid-19, inflasi dan stabilitas ekonomi di Jabar akan terjaga.

     

    "Upaya menjaga ketahanan pangan sangat penting, terutama untuk mengawal inflasi yang rendah dan stabil, dan untuk memulihkan ekonomi," ucapnya.

     

    Taufik menyatakan, untuk menjaga ketahanan pangan, urban farming atau home farming bisa menjadi opsi di perkotaan. Masyarakat yang memiliki halam kecil dapat mulai menanam komoditas pangan.

     

    Hasil panen urban farming atau home farming, menurut Taufik, tidak hanya untuk konsumsi pribadi, tetapi dapat menjadi sumber pendapatan baru masyarakat perkotaan.

     

    "Home farming ini, masyarakat perkotaan bisa membudidayakan ikan dalam ember besar yang di atasnya dipadu tanaman sayuran. Hasilnya dimasukan ke pasar," katanya.

     

    "Dalam artian, mereka berproduksi home farming tidak untuk dikonsumsi sendiri, tapi juga kedepan diarahkan home farming bisa mendapatkan keuntungan. Jadi bisa menambah kekuatan ekonomi masyarakat di perkotaan," tambahnya. (*)

    Oleh: JuaraNews / bar

    0 Komentar

    Tinggalkan Komentar


    Cancel reply

    0 Komentar


    Tidak ada komentar

    Berita Lainnya


    Cerita Pegawai PLN Tak Mudik Demi Amankan Listrik
    Dirut PLN Lakukan Inspeksi SPKLU Jalur Mudik
    Layanan Operasional Terbatas & Weekend Banking
    Operasi Pasar Ditarget Tuntas pada H-4 Lebaran
    KAI Operasikan 58 Perjalanan di Wilayah 2 Bandung

    Editorial



      sponsored links