JuaraNews, Bandung - Universitas Widyatama (UTama) menyelenggarakan wisuda gelombang pertama tahun akademik 2019-2023 untuk jenjang diploma sampai magister pada Rabu 6 November 2019 di Gedung Serba Guna (GSG) UTama, Jalan Cikutra No 204 A Kota Bandung.
Wisudawan/ti berjumlah 1073 tersebut terdiri dari lima fakultas. 18 program studi jenjang D-III, S-I, S-2 dan profesi yang ada di Universitas Widyatama Bandung.
Wisuda pertama Mahasiswa Widyatama di hadapan rektor baru UTama Prof. H. Obsatar Sinaga pada sidang terbuka Senat Guru Besar, dihadiri oleh para petinggi Yayasan, Dekan, Dosen UTama. Di samping itu hadir Prof. Uman ketua LLDIKTI Wilayah IV Jabar & Banten, Guru Besar Universitas Indonesia, Prof Efendi Gozali dan lainya.
Saat memberikan sambutan, Prof. Uman mengucapkan selamat kepada seluruh mahasiswa UTama yang telah menyelesaikan studinya.
Ia berpesan kepada para wisudawan/ti agar tidak melupakan jasa kedua orangtuanya, yang telah mendukung secara materil dan moril selama mereka melaksanakan perkuliahan hingga diwisuda.
Prof Uman pun mengingatkan mereka agar menjaga sholat malam dan sholat lima waktu (bagi yang muslim).
Di kesempatan yang sama Prof. Effendi Gazali yang sering menjadi presenter dan bintang tamu di televisi nasional, memberikan orasi ilmiahnya.
Di awal paparannya, mengatakan bahwa UTama beruntung bisa dipimpin oleh Prof Obi, sapaan akrab Rektor UTama yang dilantik 17 Agustus 2019 lalu. Karena dari kacamatanya, Prof Obi memiliki kualitas yang mumpuni.
Hal itu terbukti dengan membawa UTama masuk 100 besar perguruan tinggi terbaik di Indonesia (menduduki rengking 95), sebelumnya berada di rengking 200-an. Masuk Unirenk ke-30 serta rengking ke-48 nasional untuk kegiatan kemahasiswaan.
Melakukan kerjasama dengan universitas terkemuka di dunia seperti UINW, UITM, USIM, Taylor University, Oxford, MIT, Barchelona Universitas dan Hill university Inggris.
Di samping itu sepuluh mahasiswa UTama yang lulus (dari manajemen dan magister) tahun akademik 2019-2020, berhasil menulis di jurnal internasional indeks Scopus.
Terkait hal itu awak media yang hadir pun menanyakan ke Prof Obi, menurut pengakuannya kesepuluh mahasiswa UTama yang berhasil menulis jurnal internasional itu, dibimbing langsung oleh dosen pembimbing yang 'lincah'.
"Tulisan skripsi/tesis mereka kemudian dipadatkan (summary) menjadi sebuah tulisan artikel internasional. Baru di submit ke jurnal internasional," kata Prof Obi, Rabu (5/11/2019), di ruangan rektor, usai mewisuda mahasiswanya.
"Kalau dosennya nggak lincah (aktif), kadang-kadang tidak tahu. Masuk nggak masuk (tulisannya ke jurnal internasional) yang penting lulus (mahasiswa yang dibimbingnya)," tambahnya.
Kesepuluh mahasiswa itu oleh pembimbing diarahkan menulis jurnal internasional dari hasil penelitiannya. Setiap hari mahasiswanya diberi pelatihan atau "coaching".
"Waktu coachingnya bebas bisa kapan saja (selama tidak ada halangan). Karena UTama memiliki tim editor Jurnal internasional," katanya.
Di samping itu lulusannya diperkirakan memiliki masa tunggu maksimal tiga bulan, diterima bekerja di perusahaan.
"Kami sudah melakukan kerjasama dengan 48 perusahaan ternama. Delapan lulusan terbaik kami biasanya langsung diterima kerja," terangnya.
Para lulusannya pun sudah dibekali dengan sertifikat pendamping ijazah. Rata-rata begitu melamar mereka menyertakan sertifikat tambahan.
Hal itu untuk lebih menyakinkan peruhasahaan akan kompetensi lulusannya. Contohnya sertifikat untuk programer.
"Untuk tahun depan di setiap semester mahasiswa kami akan mendapatkan sertifikat keahlian.setelah mengikuti pelatihan," kata Prof Obi.
Saat ditanya pesan terhadap lulusannya, dirinya dengan tegas mengatakan jangan main-main medsos dengan tujuan yang tidak baik.
"Saat ini orang diterima bekerja tidak lagi dipelajari dari latar belakang macem-macem. Tetapi dilihat juga medsosnya. Apabila melakukan hal kurang baik maka tidak akan diterima oleh perusahaan manapun," kata Prof Obi.
Sementara itu Prof. Datuk Khairuddin bin Abd Hamid Rektor University College of Techlogy Serawak Malaysia yang turut hadir terkesan akan raihan prestasi UTama.
Menurutnya UTama telah berhasil mendidik generasi muda dalam mendapat pendidikan yang terbaik.
"Jaman sekarang ini melihat pendidikan lebih global. Sebab di masa yang akan datang pasar pekerjaan tidak hanya terbatas oleh negara, harus melihat secara global antar bangsa," katanya.
"Tujuan saya dayang ke sini menjalin kolaborasi dengan Universitas Widyatama, mengadakan program pertukaran pelajar mengadakan program akademik secara bersama-sama," pungkasnya. (*)
Oleh: abdul basir / bas